Selasa, 30 Januari 2024

Cinta Itu Pasti Kembali Part 5


#Apartemen Austin


"Kau belum tidur, Selena?".

"Tidak...belum". 

"Apa yang kau pikirkan?".

"Tidak ada".

"Benarkah?".

"Sebenarnya....ehhh apa kau membawa semua gadismu pulang kesini?".

"Kata semua itu terlalu banyak, Selena. Tapi tidak, aku hanya membawa satu. Kau satu -satunya gadis yang pernah datang kerumahku".

"Ketiga temanmu?".

"Tentu saja mereka pernah kesini, tapi sangat jarang. Waktuku banyak ku habiskan di universitas dan asrama".

"Mengapa kau tinggal di asrama jika kau punya apartemen disini?".

"Efisiensi. Seringkali aku kuliah hingga larut malam. Berbahaya berkendara ketika matamu seredup bolham 5 Watt."

"Mengapa kau tidak tinggal dengan orang tuamu?".

"Kau tidak tau?".

"Apa aku harus tau?".

"Tidak. Ayahku menikah lagi saat ibuku dalam keadaan sakit. Aku tidak pernah akur dengan mereka sejak saat itu".

"Oh maafkan aku".

"Tidak apa-apa, itu sudah lama berlalu. Apa kau sangat dekat dengan dua temanmu?".

"Iya. Sebe...nar...nya aku tidak punya teman lain. Hanya mereka berdua teman yang aku miliki."

"Mengapa begitu?".

"Ah Austin, tidakkah kau bisa melihatnya?".

"Melihat apa?".

"Keadaanku. Tidak semua orang melihat apa yang ada pada diri kita, tapi tentang siapa yang ada dibelakang kita". Jawab Selena sambil merenung.

"Aku tidak seperti itu".  Austin menyakinkan.

"Aku tau".

"Tapi bukankah banyak mahasiswa yang mengejarmu di universitas, apa kau tidak sadar akan itu?".

"Aku yakin sebagian dari mereka hanya penasaran, meskipun "mungkin" beberapa menunjukkan perhatian berlebihan. Tapi aku tidak butuh kekasih aku hanya ingin segera lulus dan bekerja."

"Jadi kau tidak akan mengejarku jika aku tidak mengejarmu lebih dulu?".

"Aku tidak ingat kau pernah mengejarku. Yang aku ingat kau menarikku untuk menemanimu berlari sejauh 2 mil".

"Ya Tuhan Selena, akankah aku akan menghabiskan sisa hidupku untuk berdebat denganmu?". Austin tidak dapat menahan rasa gembiranya. Diraihnya Selena kedalam dekapannya dan memberikan kecupan ringan dikepalanya. Selena hendak menarik diri dari dekapan Austin, tapi pria itu tidak mau melepaskannya.

Diputarnya bahu Selena, hingga wajah mereka saling berhadapan. Tanpa menunggu persetujuan Selena, Austin menyapukan bibirnya dengan lembut kebibir gadis itu. Mata gadis itu terbelalak lebar karena kaget. Austin tidak bisa menahan diri untuk tertawa. Kombinasi dari kepolosan dan sensualitas benar-benar menguasainya. Diciumnya bibir Selena sekali lagi, kali ini Austin membuka bibirnya, lidahnya masuk dan menjelajahi mulut gadis itu yang terasa hangat dan lembab.

Selena terasa hangat, lembut dan harum. Dan tubuh gadis itu melekat pada tubuhnya yang keras. Payudaranya yang penuh menempel pada dada Austin, pinggulnya bergerak perlahan agar menempel lebih nyaman pada tubuh Austin. Austin dapat merasakan darah berdesir didalam tubuhnya yang membuat bagian tubuhnya berdenyut mengeras.

Tangan Selena meluncur ke punggung Austin lalu membentang dipunggungnya, ini benar-benar godaan, dan Austin merasa semakin bergairah.

Seakan mendapat angin segar, Austin kembali menyesapi kehangatan bibir Selena yang lembut, lidahnya saling terpaut. Menjelajah disana, mereguk apapun yang ditawarkan dengan penuh damba.

Tangan Austin mulai bekerja keras membuka kancing kemeja depan Selena dengan hati-hati. Sial, bagaimana mungkin melepaskan pakaian gadis itu menjadi pekerjaan yang paling diinginkannya. Tangan Selena berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka, tapi Austin segera menurunkannya dengan perlahan, memperlihatkan payudaranya yang mengagumkan, pinggang yang kecil dengan lekuk pinggulnya yang menggoda. 

Austin tidak mampu mengalihkan tatapannya dari Selena. Ada sesuatu dari diri gadis itu yang menariknya lebih dalam. Memikat dengan caranya sendiri.

"Sele...na".

"Hhhhh".

"Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu".

Austin melihat mata Selena yang terpejam. Apakah gadis itu mendengar pengakuannya? Tubuh gadis itu mengeliat , pinggulnya mendesak dengan liar membuat Austin berdesir, gairahnya terasa nyaris menyakitkan.

"Kau sangat cantik sayangku". 

Austin kembali membelai kedua payudaranya yang ranum. Menghisapnya bergantian hingga kedua ujungnya tegang luar biasa. Kembali Selena  mengeliat dengan liar, menambah denyutan pada tubuh Austin sendiri. Dan itu sangat menyakitkan. Tapi dirinya tidak bisa berbuat apapun. Ini pertama kali bagi Selena jadi dirinya harus menahan diri, ingin memberikan pengalaman luar biasa pada gadisnya.

"Austin".

"Ya sayangku...".

"Apa yang...aku tidak pernah seperti i...ni. Oh apa yang terjadi dengan tubuhku".

"Sttttttt".

Austin menjamah kulit paha Selena yang seputih porselen dan meletakkan tanganya dipusat gairah gadis itu, membiarkan nalurinya berkuasa atas pikirannya. Tangannya bermain-main disana, membiarkan gairah menerobos masuk hingga gadis itu meneriakkan namanya.

"Austinnnn?"

Austin mencium bibir Selena  untuk meredakan teriakan kenikmatannya. Ini benar-benar kegilaan.  Bagaimana dirinya menahan keinginan yang begitu kuat, memberikan segalanya pada Selena tanpa menerima apapun. Dirinya patut mendapatkan medali.

Tapi sebelum mendapatkan medali, dirinya harus mandi air dingin untuk meredam gairahnya yang hendak meledak. 


~~~>>>

Sejak malam itu, setiap akhir pekan mereka selalu menghabiskan malam bersama. Mereka seperti sepasang kekasih yang tidak terpisahkan. Austin akan menunggunya pulang dan menyiapkan makan malam, karena meskipun Selena bekerja di Cafe, gadis itu tidak bisa memasak. 

Teman-teman Austin juga mulai bisa menerima kehadiran Selena dengan baik, terutama Aland. Aland sangat menjaga Selena.

Setiap malam mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam ditempat tidur, tetapi yang mereka  lakukan hanya sebatas berbicara, berciuman dan saling menyentuh. Namun apabila ciuman itu sudah mendalam, Austin akan langsung menghentikannya. Entah Selena ataupun dirinya, selalu tersadar tepat waktunya.


#UNIVERSITAS

Selena sedang duduk sendirian ketika dua orang gadis menghampirinya. Tapi ini bukan gadis yang pernah memakinya beberapa hari yang lalu. Hati Selena berkecamuk melihat kedua gadis itu.

"Kau Selena?". 

"Iya". Selena menjawab dengan hati-hati. 

"Aku Fifie teman Claudia. Claudia ingin menemui mu?" .

"Maaf,  tapi aku harus bekerja sebentar lagi ".

"Sebentar saja". Gertaknya tanpa bisa dibantah.

Fifie menarik paksa tangannya supaya berdiri.  Sedangkan temannya seperti menancapkan sesuatu dipinggang Selena supaya dirinya mengikuti mereka. 

"Ini tidak benar. Apa mau kalian?".

"Kau akan tau ketika sampai, bodoh!". Fifie tersenyum licik padaku.

"Aku tidak akan ikut". Selena berusaha memberontak tapi genggaman mereka berdua terlalu kuat.

"Plakkk".

Pipiku terasa panas mendapatkan tamparan yang tidak pantas aku terima. 

"Kauuu....".

"Iyaa, kenapa? Kau berani padaku?".

Kali ini tangan Fifie hendak menampar wajahku kedua kalinya, tapi aku langsung mendorongnya yang membuat tubuhnya terjungkal kebelakang.

Aku bisa melihat kemarahan menghiasi wajahnya. Tapi tentu saja aku tidak ingin membiarkan orang lain menyakitiku.

"bip....bip....bip...bip...".  Fifie sepertinya menerima telepon dari bosnya Claudia.

"Hallo Clau".

"Ada didepanku. Dia baru saja mendorongku"

"Aku akan menghajarnya sebelum membawanya padamu".

"Terimakasih Clau".

Dan gadis bernama Fifie benar-benar melakukannya. Dia membawaku dilahan kosong  dan memukuliku berkali-kali.  Aku tidak mungkin mengharapkan bantuan dari siapapun, karena lahan ini nyaris tidak pernah dilewati orang satupun.

Aku akan mengingat hari ini.......dan aku akan membalasnya 100x lipat. Kalian akan jatuh kedasar bahkan melebihi dalamnya palung mariana


~~~>>>>

Fifi dan temannya kembali menyeret tubuhku yang sudah lemas menuju belakang gedung metallurgical laboratory. Disana Claudia sudah menungguku dengan dua temannya. Sekarang aku berhadapan dengan lima orang sekaligus dalam keadaaan lemah.

"Haloo Selena, akhirnya kau muncul juga".

Clau bertepuk tangan melihat tubuhku yang babak belur karena dikeroyok oleh teman-temannya. Mereka hanya menyisakan wajahku supaya tidak terlihat aku dianiaya. Tapi nyaris seluruh tubuhku benar-benar kesakitan dan penuh memar.

"Apa maumu? Mengapa kau melakukan ini padaku?".

Aku melihat Claudia berjalan mendekatiku. Wajahnya penuh kebencian yang tidak ditutupinya. Begitu juga aku, tetapi aku tak berdaya. Fifie dan temannya sudah menghajarku sekarang ditambah Claudia dan kedua teman barunya.

"Aku kira kau pintar, nyatanya kamu sangat bodoh".

"Langsung saja. Apa maumu?". balasku dengan lemah.

"Jauhi Austin, Austin milikku".

"Sudah kau daftarkan?".

"Apa maksudmu?".

"Daftarkan dulu sebagai hak milik, kalau perlu patenkan".

"Dasar perempuan brengsek. Plakkk".
Pipiku terasa panas oleh tamparan Claudia yang tiba-tiba. Aku meraba pipi kananku yang sekarang terasa perih.

Ketika aku hendak membalas tamparannya, keempat teman Claudia dengan cekatan langsung memegang kedua tanganku.

"Kau mau melawanku gadis miskin? lebih baik kau berkaca lebih dulu."

"Aku terlalu terhormat untuk menghadapi gadis yang hanya bisa makan dengan sendok emas ditangannya". Kataku dengan gemetar.

"Plakkk".

Entah sudah berapa kali tamparan yang aku terima malam ini. Rasa perih menyerang kedua pipiku,  begitu juga perutku akibat tendangan Fifie tadi. Sepertinya mereka belum selesai denganku. Aku merasa akan ada sesuatu yang terjadi padaku.

"Bagaimana Selena?".

"Kau menjijikkan".

"Auh.....hhh".

Kali ini Claudia menendang perutku yang membuatku tersungkur kelantai yang dingin.

"Jauhi Austin bodoh, Austin milikku, HANYA milikku. Jika kau masih berani mendekatinya, aku pasti akan membunuhmu."

"Mengapa tidak kau katakan sendiri padanya?". Tantangku dengan sisa-sisa keberanian.

"Dasar kurang ajar. Kau akan menyesal karena berani bermain api denganku.".

Aku hanya menatapnya dengan tatapan melawan. Gadis ini benar-benar sakit jiwa, dia harusnya pergi memeriksakan dirinya ke psikiater.

"Bagaimana kalau aku merusak wajah cantikmu? Apakah Austin masih menyukaimu?".

Selena bisa melihat Claudia mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya, memainkannya didepan mataku dengan sembrono.

"Hentikan, Claudia. Kau gila". Tapi teriakan Selena tidak menghentikan Claudia, dia tetap bermain-main dengan pisaunya seakan-akan mau menusuk Selena.

"Iya aku gila. Aku tergila-gila dengan Austin. Aku bersumpah akan melakukan apapun supaya dia menjadi milikku. Tapi sebelum itu terjadi, aku akan membunuhmu lebih dulu."

"Aku tak akan meladeni amarahmu, Claudia. Tolong dewasalah, ini tidak akan menyelesaikan masalah".

"Sialan kau wanita murahan".

Claudia berdiri diatas anak tangga, tidak berhenti meluapkan kekesalannya padaku yang masih tak berdaya. Bahkan beberapa kali dirinya menendang perutku. Aku tidak bisa melakukan apapun karena kedua lenganku masih ditahan keempat temannya.

"Jika aku wanita murahan, lalu kau apa Claudia?".

Kali ini Claudia menjambak rambutku dengan sangat keras membuat keempat temannya melepaskan pegangannya padaku.  Posisi kami saat ini diujung tangga. Teman-temannya hanya melihat kami seperti menonton pertunjukan. Tentu saja, Claudia adalah ketuanya, mereka hanya anak buahnya, apa yang bisa dilakukan oleh mereka selain menurut pada tuannya.

"Cukup Claudia".

"Aku bukan hanya akan menghancurkanmu, tapi aku akan membuatmu melacur seperti ibumu. Bukankah itu pekerjaan ibumu untuk menghidupimu hah? Menjual dirinya?".

"Jangan menyebut ibuku dengan mulut kotormu, brengsek".

"Bukankah memang kau lahir dari ibu pelacur?".

"Plakkk". 

Aku menampar Claudia sekeras yang aku bisa. Karena pada dasarnya aku tidak punya kekuatan lagi.

Tepat saat itu aku melihat Austin dan teman-temannya ditangga paling bawah sedang menatap kami. Aku tidak tau mengapa Austin bisa ada disana. Kuliahnya seharusnya sudah selesai 2 jam yang lalu. Dia juga sedang bersama seorang pria berusia awal 50 an yang baru aku tau itu ayah Claudia, Mr.Smith.

Claudia hendak membalas tamparanku dan berusaha mendorongku dari puncak tangga, tapi tepat saat itu aku bisa menghindarinya yang membuat tubuh Claudia jatuh berguling hingga ke tangga paling bawah. Dari tempatku berdiri aku dapat melihat ada darah disana. Dan Claudia tidak sadarkan diri atau mati?. Ketakutan menjalari punggungku.

Aku berlari kebawah dengan seluruh sisa tenaga yang aku miliki. Ketika aku sudah mencapai tangga bawah, ayah Claudia langsung menghampiriku.

"Plakkk....Plakkk".
Aku mendapatkan dua tamparan lagi. Kali ini dari ayah Claudia.

"Gadis sialan. Menjauhlah dari putriku. Aku tak akan pernah memaafkanmu. Aku akan membuatmu membusuk dipenjara karena berani menyakiti putriku".

"Aku tidak melakukannya". 

"Diam kau. Kau gadis menjijikkan. Aku akan membuatmu dikeluarkan dari Universitas dan mendekam dipenjara. Ingat kata-kataku".

Aku memandang Austin yang sedang memberikan pertolongan pertama pada Claudia. Dia sama sekali tidak menatapku. Bahkan dia sama sekali tidak peduli ketika ayah Claudia menyakiti ku.

Ketika ambulance datang, Austin segera mengikuti Claudia bersama keluarganya. Dia hanya sekilas melihatku dengan tatapan penuh kebencian. Austin tidak percaya padaku. Dan itu terlihat jelas dari matanya.


~--~~>>>

"Pulanglah Selena, kami akan mengantar Claudia kerumah sakit. Aku janji akan mengabarimu mengenai perkembangan Claudia". 

Hanya Aland yang masih bersikap baik padaku.

"Aku tidak mendorongnya, Aland". aku berbicara lirih padanya.

"Aku percaya padamu".
Aland berbisik padaku dan memegang bahuku seperti menyalurkan kekuatan.


~~--~>>>

"Apa yang dilakukan gadis sialan itu pada calon menantuku, hah?".

Morgan Senior menggebrak meja sambil menatap Austin yang dari tadi masih tidak memberikan reaksi apapun.

"Aku akan menjebloskan gadis itu kepenjara. Akhiri hubunganmu dengan gadis itu sekarang juga. Kau..... jangan coba-coba membantunya, kau tau, aku lebih dari mampu menghancurkan hidup orang lain".


# RUMAH Prof Han


"Jangan menangis anakku".

"Aku tidak akan bisa kuliah di Universitas ini lagi Prof. Jika aku tetap tinggal disini mereka akan memasukkan aku ke penjara atas kesalahan yang tidak pernah aku lakukan. Maafkan aku telah mengecewakanmu".

"Kau tetap akan melanjutkan studymu. Aku sudah berjanji pada ibumu. Jika tidak bisa melanjutkan disini, kau bisa melanjutkan pendidikanmu di Eropa".

"Tabunganku tidak akan cukup".

"Jangan kuatirkan itu anakku. Aku akan mengurusnya, aku akan menghubungi teman-temanku. Kau cerdas, kau pasti bisa mendapatkan beasiswa disana. Bangunlah mimpimu disana".

"Bagaimana dengan makam Momma? Siapa yang akan membersihkan makamnya?".

"Aku yang akan merawatnya. Bangunlah mimpimu disana".

"Aku menyayangimu Profesor dan kau juga Mrs Han".

Aku memeluk mereka berdua dengan sesegukan, mereka seperti orang tua bagiku, bahkan masa kecilku sering bersama mereka ketika Momma harus bekerja untuk memberikan kehidupan padaku.

"Kau adalah anakku, Selena. Bertahanlah. Kami percaya kau tidak akan menyakiti siapapun. Hubungilah kami ketika sampai disana. Untuk sementara kau akan tinggal dirumah teman lamaku, persiapkan studymu disana".

"Aku mencintai kalian berdua."

Selena berjalan tertatih-tatih meninggalkan rumah Prof Han dengan perasaan sakit yang luar biasa. Tubuhnya sakit tapi hatinya lebih sakit.


# CAFE Mr Billy

Aku menemui Mr Billy, atasanku yang selalu baik padaku. Dia seperti ayah keduaku setelah Prof Han.  Aku menceritakan tentang semuanya tanpa aku tutup-tutupi termasuk jatuhnya Claudia, tentang tuduhan yang akan dilayangkan padaku dan alasanku harus berhenti bekerja. Yah aku memang melarikan diri. Aku tidak memiliki masa depan di Amerika.  Aku tidak punya punya kekuatan untuk menaklukannya.

"Aku tidak akan bisa membantumu di Cafe ini lagi Mr.Billy. Tolong maafkan aku".

"Apa yang kau katakan nak? Kau sudah membantuku selama ini. Ingat Selena, kau selalu diterima disini".

"Oh aku menyayangimu Mr.Billy".

"Aku juga menyayangimu, nak. Ini bawalah, kau akan membutuhkannya nanti. Hanya ini tabungan yang aku miliki, kau harus menerimanya".

"Jangan lakukan ini Mr.Billy".

"Ingat nak, masa depanmu masih panjang, kau harus berjuang. Jangan pernah kembali padaku dalam keadaan seperti ini. Kau harus menjadi wanita tangguh.Buat aku bangga. Kau sudah kuanggap seperti putriku dan aku percaya padamu ".

"Terimakasih Mr.Billy, aku pasti akan kembali mengunjungi mu, aku akan membayar semua pinjaman yang kau berikan padaku. Jadi tolong tetaplah sehat".

"Aku menunggumu anakku".


# ASRAMA

"Jangan dekati dia, Natalie.
Dia jahat, dia mendorong Claudia sampai mengalami geger otak. Jika dia sanggup melakukan itu pada Claudia, dia pasti juga bisa melakukan itu kepada kita".

"Laura...aku tidak melakukannya".

"Jangan pernah mendekatiku. Kau bukan temanku lagi. Menjauhlah dariku. Aku tidak ingin seluruh Universitas memusuhiku karena masih berteman denganmu. Kau gadis tidak tau malu selena. Aku sangat membencimu. Jangan pernah berurusan denganku lagi".

Laura berlari meninggalkan kamar yang kita tempati selama ini. Dia benar-benar membenciku . Dia tidak mempercayaiku, dia lebih percaya rumor yang beredar diluar sana.

"Aku sungguh tidak melakukannya". 

Kataku lirih lebih kepada diriku sendiri. Natalie mulai berjalan mendekatiku dan memelukku, kami menangis bersama.  

"Aku percaya padamu Selena. Aku pernah memperingatkanmu untuk berhati-hati pada Claudia.  Tapi ini sangat aneh, mengapa CCTV disekitar lokasi kejadian mati semua? Sepertinya mereka sengaja membawamu kesana karena tau CCTV disana tidak berfungsi atau mereka sengaja merusaknya. Saat ini memang  sangat sulit membuktikan ketidak- bersalahanmu.  Aku takut kau akan mengalami kehidupan yang buruk disini. Jika kita tidak bisa menemukan bukti, kau akan disalahkan. Apalagi keluarga Smith terkenal menggunakan kekuasaannya untuk menyingkirkan orang lain".

"Aku tau. Mereka akan membuatku dikeluarkan dari Universitas dan mendekam dipenjara".

"Apa??? Dasar Claudia sialan". Natalie mengeluarkan sumpah serapahnya.

"Terimakasih untuk tetap percaya padaku, Natalie".

"Apa yang kau katakan? Tentu saja aku percaya padamu. Mereka sekarang pasti sedang menutupi kejadian yang sebenarnya. Benar-benar keterlaluan orang-orang itu. Selena percayalah, kebenaran akan selalu menemukan jalannya sendiri".

"Terimakasih Natalie, aku sangat menyayangimu".

"Aku juga sangat menyayangimu, Selena".

Selena meninggalkan kamar asramanya dengan langkah gontai, dia tidak memberitahukan kepergiannya kepada sahabat baiknya. Lebih baik dia pergi diam-diam, biarlah persahabatannya dengan Natalie menjadi kenangan yang indah untuknya. Dirinya tidak mau melibatkan Natalie pada masalahnya. Mereka masih berusia 18 tahun sedangkan lawan mereka punya banyak uang yang mampu melakukan apa saja padanya, jadi lebih baik dia menghilang.


#APARTEMEN AUSTIN


"Untuk apa kau kesini? Lebih baik kau segera pergi".

Pertanyaan Austin yang penuh kebencian membuatnya mundur beberapa langkah. Selena tau, ini akan terjadi. Tatapan Austin padanya tidak sama. Pemuda yang menyayanginya sudah tidak ada lagi. Sekarang yang berdiri didepannya hanya pemuda tampan yang menaruh kebencian padanya.

"Aku tidak melakukannya".

"Benarkah?? Aku melihatmu menampar Claudia. Kau juga sudah membuatnya jatuh dari tangga yang curam. Sekarang dia berbaring di rumah sakit tidak sadarkan diri, sedangkan kau? Kau masih bisa berjalan-jalan. Orang tua Claudia tidak akan pernah membiarkanmu.. Aku tidak tau, bagaimana aku bisa mencintai gadis seperti mu. Aku juga yakin kau pasti mendekatiku dengan sengaja, menjual sikap kepura-puraanmu yang polos karena ada nama Morgan dibelakang namaku hah? Mulai sekarang jangan pernah menampakkan wajahmu di depanku".

Austin membanting pintu didepan wajahku. Dia benar-benar tidak mempercayaiku. 

Aku benar-benar hancur, pemuda yang aku cintai dengan sepenuh hatiku mencampakkan aku begitu saja. Yang lebih menyakitkan dia membenciku, dia tidak percaya padaku dan dia menghina cintaku padanya.


~~~~>>>

Aku berjalan tertatih-tatih menjauh dari apartemennya, meninggalkan kenanganku yang pernah aku lalui bersamanya. Aku harus melupakannya! pria itu sudah menyakitinya.

Besok pagi-pagi sekali aku harus meninggalkan negara ini. Prof Han sudah mendapatkan tiket pesawat untukku. Tidak ada tempat lagi yang tersisa bagiku. Aku tidak mau menginjakkan kakiku dinegara ini lagi.

"Selena....Selena".

Selena menghentikkan langkah kakinya, menunggu seseorang yang sedang berjalan mendekatinya.

"Aland".

"Kau baik-baik saja? Ayo aku akan mengantarmu kerumah sakit. Kau harus diperiksa".

"Aku......aku baik".

"Jangan berbohong Selena. Aku bisa melihat kau kesakitan".

"Tidak Aland, aku baik-baik saja. Terimakasih sudah mengkhawatirkanku".

"Aku akan mengantarmu kembali ke asrama, tidak baik gadis seperti mu berjalan sendirian. Ini sudah tengah malam".

"Aland?".

"Ya?".

"Apa Claudia bisa sembuh?".

"Tentu saja, dia memang memiliki jantung lemah, ditambah dia mengalami gegar otak ringan, tapi dengan perawatan yang diterimanya, kondisinya sudah stabil.  Dia pasti sembuh. Jangan khawatir".

"Aku tidak melakukannya, Aland".

"Selena, aku percaya padamu. Kau bukan gadis culas seperti Claudia. Aku masih berusaha menemukan rekaman CCTV ditempat kejadian. Mereka mengatakan semua CCTV pada hari itu mati, tapi aku tidak percaya. Seseorang pasti berusaha menutupi kejadian hari ini".

"Aland, terimakasih. Kau tidak perlu melakukan itu. "

"Tidak. Aku tidak akan pernah membiarkanmu dipenjara".

"Aku baik-baik saja, dan itu sudah cukup. Bisakah aku minta sesuatu padamu?"

"Apapun".

" Tolong berikan ini pada Austin". Selena menyerahkan paperbag berisi gaun yang pernah dibelikan Austin untuknya saat pesta ulang tahun Claudia dan uang ganti rugi. Dirinya tidak mau berhutang apapun pada Austin.

"Selena....".

"Terimakasih Aland... terimakasih sudah mempercayaiku".

Selena berjalan' tertatih-tatih menjauh dari Aland, berusaha sekuat mungkin menahan air matanya yang hampir jatuh. Dirinya tidak ingin Aland melihatnya sedang kesakitan.

Dia tidak bisa mengucapkan selamat tinggal pada Natalie, tapi Selena yakin Natalie akan mengerti keadaannya.


Selamat tinggal....Aland, Natalie dan kau juga Austin.

Kamis, 11 Januari 2024

Cinta Pasti Kembali Part 4

# Asrama

"Selena, kau tidak apa-apa?".

"Hei Natalie, sejak kapan kau disini?". Mengabaikan pertanyaaan Natalie.

"Kau sakit?".

"Tidak. Aku hanya sedikit demam".

"Dimana kau tidur tadi malam? Apa kau bersama Austin?".

"Austin?".

"Seluruh Universitas sedang membicarakan hubungan kalian, aku tidak tau kalau kau sekarang adalah kekasih dari mahasiswa incaran seluruh gadis di Universitas".
Natalie terlihat kecewa karena teman baiknya menyembunyikan sesuatu darinya.

"Oh tidak seperti itu". Jawab Selena lemah.

"Lalu seperti apa? Menurut yang aku dengar, Austin mengatakannya sendiri bahwa kau kekasihnya di pesta ulang tahun Claudia". 

"oh iyaa, tapi.....".

"Mengapa kau tidak bercerita? Apa kau tidak percaya padaku, Selena? Apa aku tidak cukup baik untuk menjadi teman yang bisa kamu jadikan sandaran? Apa persahabatan kita tidak berarti apa-apa bagimu?". Natalie melampiaskan kekesalannnya. Kekecewaan menyelimutinya karena sahabat baiknya tidak percaya padanya.

"Maafkan aku Natalie, tadi malam....dia....". Selena tidak tau harus mulai dari mana. 

"Dia menembak mu tadi malam?". Tebak Natalie, sebenarnya pikiran itu sudah ada saat dia mendengar tentang hubungan mereka begitu menginjakkan kaki di gerbang asrama.

"Ehm seperti itu".

"Sejak kapan kau mengenalnya? Seingatku waktu dikantin kau tidak tau siapa dia".

"Beberapa Minggu yang lalu. Dia pelanggan di Cafe tempat aku bekerja".

"Oh".

"Kau tidak marah, aku tau kau pernah menyukainya ?".

"Tentu aku masih marah, tapi aku juga turut senang untukmu. Yah tidak bisa dipungkiri, aku memang menyukainya. Hanya sebatas menyukai Selena, tidak lebih. Tapi sayangku, kau harus tetap menjaga hatimu. Aku tidak ingin melihatmu terluka".

"Dari apa?". Tanya Selena lemah. Badannya masih lemas karena demam dan sakit kepalanya yang tak kunjung sembuh.

"Patah hati".

"Apa maksudmu, Natalie?".

"Bentengi dirimu dengan baik.  Aku tau Austin adalah mahasiswa paling cakap dengan segala kecerdasan dan pesonanya. Dia memang layak menyandang predikat mahasiswa populer no 1 di Universitas. Tapi, taukah kau? Kekasihmu adalah pewaris dari kerajaan bisnis Morgan Holding Company . Meskipun dia tidak peduli dengan keluarganya tapi bisa dibilang darah lebih kental dari pada air. Aku takut dia akan meninggalkanmu seperti yang dilakukan pria-pria kaya pada umumnya".

"Morgan Holding Company? Austin?".

"Kau tidak tau? Yah tentu saja kau tidak tau. Aku juga baru mendengar informasi itu ketika perjalanan pulang kesini."

"Ti...dak. Mungkinkah itu?".

"Kau bisa bertanya kepada senior kita, meskipun Austin terkesan menyembunyikan identitasnya. Sebenarnya beberapa mahasiswa sudah ada yang mengetahuinya. Sekarang itu sudah bukan rahasia lagi. "

"Oh Natalie!". Kebingungan samar-samar menyelimutinya.

"Tapi sayangku ada satu hal lagi yang harus kamu tau, kau juga harus hati-hati dengan Claudia".  Natalie menyebut nama seniornya itu dengan sedikit muak. Tapi bagaimanpun  dia harus memperingatkan Selena.

"Mengapa Natalie? aku hanya sekali saja berbicara dengannya?".

"Apa kau tidak tau kalau gadis itu mengejar Austin seperti orang gila? Dia selalu mengikuti Austin kemanapun Austin pergi. Bahkan gadis sialan itu juga memusuhi gadis-gadis yang berusaha dekat dengan Austin. Bukan memusuhi tepatnya, tapi membullynya. Beberapa terpaksa harus pindah Universitas bahkan sisanya tidak meneruskan kuliah mereka karena trauma. Gadis itu adalah HAMA, dia selalu bisa lolos karena kekayaan keluarganya".

"Aku janji Natalie, aku akan menjaga diriku dengan baik. Aku tidak akan membiarkan siapapun menginjak-injak martabatku".

"Bagus. Hanya itu yang perlu aku dengar sayangku".


#KANTIN UNIVERSITAS


Selena  berjalan bersama kedua sahabatnya menuju kantin Universitas, ketika banyak mahasiswi melihatnya dengan pandangan tidak suka. Dia tidak tau mengapa dirinya harus diperlakukan seperti itu. 

"Jadi dia pacar Austin?".

"Dia benar-benar tidak tau diri".

"Aku heran, apa yang dilihat Austin dari gadis itu".

"Dia akan bersaing dengan Claudia? Tidak bisa dipercaya".

"Dia hanya gadis penerima beasiswa, lihat saja pakaiannya".

"Dia berusaha memanjat untuk menaikan statusnya".

"Naik strata dan masuk kekeluarga Morgan pasti membutuhkan lebih dari sekedar kecantikan".

"Apa dia sudah menjual dirinya kepada Austin Morgan?".

"Gadis itu memang cantik, tapi itu tidak cukup untuk menjadi pasangan Austin".

"Aku yakin sekali, Austin pasti meninggalkan gadis itu".

Sejak Austin mengumumkan aku sebagai kekasihnya di pesta Claudia, setiap masuk kuliah hampir semua penghuni kampus melihat dirinya sebagai musuh. Hanya Laura dan Natalie yang selalu ada untuknya dan masih bersikap baik seperti biasanya.

Aku tidak tau jika datang ke pesta ulang tahun Claudia adalah salah besar.

Hampir setiap hari aku menerima surat kaleng yang berisi ancaman. Telepon gelap dimalam hari. Bangku kuliah yang lengket karena penuh lem. Loker yang penuh cairan cat. Sepeda yang biasa aku pakai tiba-tiba saja kehilangan kedua rodanya dan tak terhitung berapa banyak lagi insiden yang aku alami.

"Ayo makan, Selena! biarkan mereka".
Natalie menepuk bahuku untuk memberikan dukungan.

Aku duduk bersama kedua sahabatku seperti biasa, bersama mereka setidaknya bisa membuatku melupakan ancaman dan segala permusuhan yang aku terima. 

"Jadi kau yang bernama Selena?".
Tiga orang gadis  menghampiri tempat duduk kami. Melihat buku yang dia bawa sepertinya mereka berada beberapa tingkat diatasku. 

"Iya". Aku menjawab dengan ketenangan Laut Sargasso.

"J-A-U-H-I Austin Morgan. Berkacalah dengan cermin yang besar, lihat baik-baik siapa dirimu! Tidak ada satupun bagian dari dirimu yang cukup layak untuk bersama Austin. Aku terpaksa menyadarkanmu karena sepertinya kau terlalu bebal". 
Ketiga wanita itu langsung pergi setelah selesai melontarkan makian dimuka Selena. Meninggalkan Selena yang masih terkejut dengan kejadian yang baru diterimanya.

"Selena, apa kau akan terus diam saja?".
Natalie menatap prihatin pada sahabatnya. Natalie hampir saja menedang ketiga gadis tadi, tapi Selena segera menarik tubuhnya supaya duduk diam.

"Lupakan mereka, aku sama sekali tidak terganggu. Aku tidak melakukan hal yang salah". Selena menenangkan sahabatnya dan memberikan senyum manisnya, menyakinkan Natalie bahwa dia baik-baik saja.

"Bagus, mereka tidak penting, yang penting kau dan Austin. Oh Selena, lihat siapa yang baru masuk ke kantin?". 

Natalie dan Laura tampak lupa diri, sedangkan Selena tetap melanjutkan makan siangnya dengan lahap, tidak peduli dengan kedua temannya yang sepertinya mulai terpesona dengan mahasiswa tampan. 

"Mahasiswa tampan incaranmu pasti. Lupakan saja, kalian mengagumi terlalu banyak pria, lebih baik kalian memilih satu lalu setialah. Terutama kau Laura". Balas Selena sambil mengaduk-aduk makanannya.

Suara bising dikantin mendadak senyap. Dan itu sangat menenangkan. Seandainya kantin bisa setenang ini, mereka tidak harus pergi ke perpustakaan untuk sekedar membaca. Mendapatkan keduanya adalah yang terbaik. 

Tapi bagaimanapun dia tidak akan bisa menikmati keduanya, membaca santai sambil menikmati makan siang adalah suatu kemewahan untuknya.

"Hei, Austin". Sapa Natalie antusias. 
Kali ini aku nyaris saja tersedak makananku, tidak mempercayai pendengaranku. Ya ampun, ini sudah dua Minggu sejak kami bersama. Dan ini pertama kalinya Austin menemuiku di lingkungan Universitas.

"Apa kabar Natalie? Dan kau juga Laura? Aku sudah sering mendengar tentang kalian berdua." Austin menyapa kedua teman baikku dengan ramah. Menjabat tangannya satu persatu.

"Sangat baik, Austin". Jawab Natalie  dan Laura bersamaan. Kedua sahabatku melihat takjub kearah Austin. Seakan-akan hanya dia laki-laki tampan di dunia ini.

"Boleh aku dan teman-temanku duduk disini?". Sebenarnya tanpa bertanyapun Austin sangat yakin akan mendapatkan persetujuan, tapi dia harus tetap menjaga kesopanan. 

"Tentu saja".
Natalie langsung mengiyakan tanpa menanyakan pendapatku. Mereka mengabaikan keenggananku duduk bersama Austin.

"Dasar penghianat".
Gerutuku pada mereka berdua.

"Kau berbicara sesuatu, Selena?" Laura menatapku, pura-pura tidak mendengar.

"Lihatlah sekeliling! semua menatap meja kita, ada empat laki-laki tampan dan paling populer di Universitas memilih duduk bersama kita. Ini sungguh luar biasa".
Laura tanpa basa basi menunjukkan kekagumannya pada keempat pria yang baru saja duduk didepannya.

"Tidak, cepat habiskan makanmu!". Perintah Selena pada Laura. Lebih baik menjaga jarak dengan Austin atau dia akan mendapatkan bullyan dari gadis-gadis di Universitas.

"Kau marah padaku, Selena?"
Austin memulai pembicaraan. Dia memilih mengambil satu kursi dan duduk tepat disamping Selena.

"Tidak, hanya saja aku buru-buru. Aku ada shift sore".

"Aku ada kuliah hingga pukul 19.00 hari ini. Aku akan menjemputmu setelah jam kuliahku selesai".

"Tidak perlu, aku akan mengunjungi ayah angkatku".

"Kalau begitu aku akan menemanimu".
Austin memaksa.

Selena tetap diam, dia tidak ingin Austin atau siapapun mengetahui tentang ayah angkatnya. Karena kebisuan yang tak kunjung reda akhirnya Natalie  menendang tulang keringnya yang  membuat minuman diatas meja ikut bergetar.

"Ouch....Natalie. Tolong gunakan mulutmu ketika makan, jangan kakimu".
Kataku memperingatkan Natalie untuk diam. Tendangan Natalie benar-benar membuatku meringis kesakitan.

" Itu tidak sengaja, kakiku hanya kram". Balas Natalie acuh.

"Mengapa seluruh tubuhmu penuh dengan kemalangan secara bergantian? Terima saranku! Kamu perlu mereset tubuhmu supaya kembali normal".

Natalie hanya mengangkat bahu, tidak ingin menanggapi sifat buruk teman baiknya. Hanya pada Natalie aku sering memperlihatkan sifat asliku yang suka meledak-ledak dan berbicara apapun yang ada dipikiranku.

"Hahahaha, kalian sangat unik". Aland tampak menikmati perdebatan kami berdua. Begitupun Edward dan Raymond tak bisa menahan senyumnya.

"Terimakasih, Aland. Kami bertiga memang limited edition".
Laura tersenyum senang.

"Dia bilang unik, Laura. Bukan limited edition. Kau menyamakan dirimu dengan barang?".
Selena mendengus kesal pada Laura yang terlalu memuja keempat pria didepannya.

"Hahahaha. Ya Tuhan....ini sungguh menyenangkan ".
Empat pria dimeja kami tersenyum senang, seakan-akan kami sedang memberikan pertunjukan yang menarik.

Semua mata menatap meja kami dengan iri dan sebagian menatap dengan penuh kebencian. Semoga peristiwa dikantin tidak membawa masalah untukku. Aku hanya ingin kuliah sebaik-baiknya, tidak mengharap mendapatkan musuh. Tentang mendapat kekasih....ehm itu bisa disebut bonus. Hiburnya pada diri sendiri.😊


#CAFE


"Bagaimana hubunganmu dengan Austin, Selena?".

"Eh Mr Billy, anda mengetahuinya?".

"Tentu saja. Semua itu terlihat jelas diwajah kalian berdua". Selena tersenyum malu mendengar kelakar atasannya. 

"Dia pemuda yang baik. Aku senang kau bersamanya". Lanjutnya.

"Iyaaa. Terimakasih Mr Billy". Aku menjawab pelan.

"Pulanglah lebih awal, sebentar lagi akan hujan badai.  Lihat! Austin sudah menjemputmu". Mr Billy menunjuk Austin yang baru saja turun dari mobil Suv nya. 

"Tapi Mr.Billy saya belum bersih-bersih".

"Sudah pulanglah, itu bisa dilakukan besok, kau akan kesulitan pulang jika menundanya".

"Terimakasih Mr Billy. Aku menyayangimu".

"Begitu juga aku nak". 


~~~>>>>

Diluar Cafe aku melihat Austin sedang berdiri disamping mobilnya dengan memakai Down Jacket dari bulu angsa.  Tampak santai tidak terpengaruh hujan yang mulai turun. Dia sangat tampan seperti biasanya. Dengan tinggi  185cm, alis tebal,  rambut gelap dan tatapan tajam, membuatnya selalu menonjol. Selain itu dia juga dikaruniai kecerdasan diatas rata-rata. Rasanya tidak adil, dia memiliki kesempurnaan seperti itu.

"Selena?".  Austin segera berjalan menghampiriku yang sedang kesulitan membuka payung.

"Austin? Mengapa kau datang?".

"Tentu saja menjemputmu. Ayo Selena!".

Austin menarik tanganku dan menyuruhku segera masuk ke dalam mobil. Ini pertama kalinya Austin membawa mobil ketika bersamaku. Biasanya kami akan menggunakan bus, kereta atau berjalan kaki sambil mengobrol.

"Kita mau kemana?".

"Apartemenku. Sebentar lagi hujan badai. Jarak ke tempatku lebih dekat dari pada kembali ke asrama".

"Tapi aku harus kembali ke asrama. Teman-temanku akan mencariku".

"Telepon mereka dan bilang kau bersamaku. Mereka pasti akan mengerti".


#APARTEMEN AUSTIN


"Masuklah!"

"Tapi...".

"Beberapa Minggu yang lalu bukankah kau juga datang kesini".

"Waktu itu aku tidak datang, aku tidak sadarkan diri dan kau mengendongku sampai ketempat tidur".

"Itukah yang kau inginkan, Selena? Apa aku  perlu mengendongmu?"

"Tidak terimakasih. aku masih bisa berjalan sendiri". Aku berjalan melewatinya. Tapi sekilas aku masih sempat melihat senyum dimatanya.

"Mandilah. Aku akan menyiapkan makan malam".

"Tapi aku tidak punya baju ganti". Selena mencium bau pakaiannya sendiri dengan jijik, dia memakainya sejak kuliah tadi pagi hingga bekerja di Cafe Mr Billy. Jadi tidak akan kaget jika banyak bakteri Staphylococcus aureus yang menempel pada pakaiannya.

"Kau bisa memakai punyaku. Pilihlahlah sendiri di lemari. Tampaknya kau juga ketakutan ada Staphylococcus aureus dibajumu." Austin menahan senyumnya ketika melihat Selena mencium ujung pakaiannya dengan jijik.

"Oh". Tanpa berdebat lebih lama lagi, Selena langsung berjalan menuju kamar mandi.

Baru kali ini aku benar-benar melihat apartemen Austin. Apartemen ini kecil, tapi tertata rapi, sangat cocok untuk bujangan yang tinggal sendiri. Apakah Austin membelinya? Pasti cukup mahal, apalagi lokasi disini sangat strategis, kita bisa melihat pemandangan kota di malam hari dari lantai 17.

Oh persetan, aku cuma perlu mandi. Air hangat benar-benar sangat aku butuhkan saat ini. Kamar mandi Austin benar-benar sangat maskulin, bathtubnya terletak ditengah ruangan. Dengan dinding-dindingnya yang berwarna putih. Aku benar-benar tidak memerhatikan bahwa kamar mandinya benar-benar rasa Austin.

Oke Selena, lupakan bathtub. Kau hanya perlu mandi air shower supaya  tidak perlu berlama-lama memakai kamar mandi Austin.

Oh sial, seharusnya aku mengambil baju sebelum kekamar mandi. Sekarang karena kecerobohan yang aku buat sendiri, aku harus keluar kamar mandi dengan mengendap-endap. Tapi bukankah dia sedang membuat makanan di dapur. Aku hanya perlu mengambilnya dilemari dan memakainya dengan cepat. Dia tidak akan tau aku berjalan dikamarnya dengan telanjang. Koreksi...tidak sepenuhnya telanjang.

Aku melilitkan handuk di tubuhku, berjalan pelan-pelan menuju lemari Austin. Aku mengambil satu kemeja putihnya dengan hati-hati.

"Kau membutuhkan sesuatu, Selena?".

Kedatangan Austin membuat aku terkejut.  Ini benar-benar memalukan. Bagaimana mungkin Austin sudah berdiri di pintu. Kedua tangannya dimasukkan kedalam celananya. Dia menatapku dengan santai seakan melihat wanita dengan setengah telanjang di kamarnya adalah hal biasa.

"A...ku meminjam kemejamu".

"Tentu".

"Dan juga celana dalammu".

"Bagus. Ada lagi yang kau butuhkan?". Austin hampir saja tersedak saat melihat  gadis didepannya sedang berdiri dengan memegang erat satu kemeja ditangan kiri dan celana dalam pria ditangan kanannya. Kilatan geli tidak bisa disembunyikannya, bagaimana mungkin seorang gadis berpikir memakai celana dalam pria.

"Ti...dak a...da".

"Syukurlah".

"Ap...aaa?".

"Aku takut kau juga akan meminjam bra dariku, Selena. Karena jujur saja aku tidak pernah memiliki barang seperti itu".

Seketika itu juga aku berlari menuju kamar mandi. Dan sialan, aku ikut mencuci braku satu-satunya. Oh Sial, berjalan tanpa memakai bra itu nyaris seperti telanjang.
Oke, selama aku tidak berdiri di dekat sumber cahaya,  maka payudaraku yang tidak memakai bra tidak akan terlihat jelas. 

~~~~>>>

"Apa kau masih berdebat dengan dirimu sendiri, Selena?".

Gadis ini sangat polos tapi juga suka manis, berbicara dengannya sangat menyenangkan. Dan dia satu-satunya gadis yang membuatku ingin selalu didekatnya.  Sudah berbulan-bulan sejak kami saling mengenal , kami hanya pernah satu kali berciuman. Dan kini aku ingin menciumnya lagi....

"A....ku sudah selesai".

"Bagus. Aku kelaparan".

"Oh maafkan aku."

"Makanlah! Hanya ini bahan yang tersedia dikulkas."

"Aku tidak tau kau bisa memasak steak dengan mashed potato".

"Sebelum mengenalmu, aku mengambil kursus memasak setiap hari Sabtu"

"Dan sekarang?"

"Setiap Sabtu menjadi jadwalku berkencan denganmu". Austin menatap gadis didepannya dengan senyumnya yang menawan. Dan tatapan itu membuat Selena memalingkan wajahnya menahan malu.

"Aku sudah selesai. Terimakasih untuk makanannya. Ini sangat lezat."

"Tinggalkan disini, Selena. Ada bibi yang akan membersihkannya besok pagi".

"Kau sudah memasak, sekarang giliran aku untuk mencuci piring".

"Tidak perlu. Naiklah!".

Selena berjalan mendahuluiku. Kemejaku cukup panjang, sehingga bisa menutupi tubuhnya hingga paha. Tapi bayangan dia tidak memakai bra menghantui pikiranku selama makan malam.

"Kau tidak akan mengantarku pulang malam ini?". 

"Tidak. Berbahaya berkendara di cuaca seperti ini".

"Lalu, dimana aku tidur?"

"Dikamarku".

"Dan kau?".

"Dikamar-KU".

"Kalau begitu aku akan tidur di sofa".

"Kau akan tidur dikamarku dan diranjangku, Selena. Udara sangat dingin, tubuhmu dan tubuhku tidak akan bisa mengatasinya. Jadi malam ini kita berbagi ranjang. Aku tidak akan menyentuhmu. Sekarang naiklah, aku sudah menyalakan pemanas ruangan".

Selena menatapku dengan kewaspadaan tinggi. Tentu saja, dia bukan salah satu dari gadis- gadis di universitas yang tanpa malu mengejar-kejarku. Dia tidak akan melemparkan dirinya padaku. Akulah yang lebih dulu  mengejarnya.

"Bagus. Aku tidak peduli meski kau tuan rumahnya, tapi jika kau bertindak asusila padaku. Aku akan menendangmu".

"DEAL".
Kecuali kau yang menginginkannya, Selena. Kataku dalam hati.




Cinta Itu Pasti Kembali Part 9

# Engagement Party "Gaunmu sangat cantik, Clau". "Terimakasih. Natalie yang merancangnya". "Kau meminta sahabat ...