Kamis, 11 Januari 2024

Cinta Pasti Kembali Part 4

# Asrama

"Selena, kau tidak apa-apa?".

"Hei Natalie, sejak kapan kau disini?". Mengabaikan pertanyaaan Natalie.

"Kau sakit?".

"Tidak. Aku hanya sedikit demam".

"Dimana kau tidur tadi malam? Apa kau bersama Austin?".

"Austin?".

"Seluruh Universitas sedang membicarakan hubungan kalian, aku tidak tau kalau kau sekarang adalah kekasih dari mahasiswa incaran seluruh gadis di Universitas".
Natalie terlihat kecewa karena teman baiknya menyembunyikan sesuatu darinya.

"Oh tidak seperti itu". Jawab Selena lemah.

"Lalu seperti apa? Menurut yang aku dengar, Austin mengatakannya sendiri bahwa kau kekasihnya di pesta ulang tahun Claudia". 

"oh iyaa, tapi.....".

"Mengapa kau tidak bercerita? Apa kau tidak percaya padaku, Selena? Apa aku tidak cukup baik untuk menjadi teman yang bisa kamu jadikan sandaran? Apa persahabatan kita tidak berarti apa-apa bagimu?". Natalie melampiaskan kekesalannnya. Kekecewaan menyelimutinya karena sahabat baiknya tidak percaya padanya.

"Maafkan aku Natalie, tadi malam....dia....". Selena tidak tau harus mulai dari mana. 

"Dia menembak mu tadi malam?". Tebak Natalie, sebenarnya pikiran itu sudah ada saat dia mendengar tentang hubungan mereka begitu menginjakkan kaki di gerbang asrama.

"Ehm seperti itu".

"Sejak kapan kau mengenalnya? Seingatku waktu dikantin kau tidak tau siapa dia".

"Beberapa Minggu yang lalu. Dia pelanggan di Cafe tempat aku bekerja".

"Oh".

"Kau tidak marah, aku tau kau pernah menyukainya ?".

"Tentu aku masih marah, tapi aku juga turut senang untukmu. Yah tidak bisa dipungkiri, aku memang menyukainya. Hanya sebatas menyukai Selena, tidak lebih. Tapi sayangku, kau harus tetap menjaga hatimu. Aku tidak ingin melihatmu terluka".

"Dari apa?". Tanya Selena lemah. Badannya masih lemas karena demam dan sakit kepalanya yang tak kunjung sembuh.

"Patah hati".

"Apa maksudmu, Natalie?".

"Bentengi dirimu dengan baik.  Aku tau Austin adalah mahasiswa paling cakap dengan segala kecerdasan dan pesonanya. Dia memang layak menyandang predikat mahasiswa populer no 1 di Universitas. Tapi, taukah kau? Kekasihmu adalah pewaris dari kerajaan bisnis Morgan Holding Company . Meskipun dia tidak peduli dengan keluarganya tapi bisa dibilang darah lebih kental dari pada air. Aku takut dia akan meninggalkanmu seperti yang dilakukan pria-pria kaya pada umumnya".

"Morgan Holding Company? Austin?".

"Kau tidak tau? Yah tentu saja kau tidak tau. Aku juga baru mendengar informasi itu ketika perjalanan pulang kesini."

"Ti...dak. Mungkinkah itu?".

"Kau bisa bertanya kepada senior kita, meskipun Austin terkesan menyembunyikan identitasnya. Sebenarnya beberapa mahasiswa sudah ada yang mengetahuinya. Sekarang itu sudah bukan rahasia lagi. "

"Oh Natalie!". Kebingungan samar-samar menyelimutinya.

"Tapi sayangku ada satu hal lagi yang harus kamu tau, kau juga harus hati-hati dengan Claudia".  Natalie menyebut nama seniornya itu dengan sedikit muak. Tapi bagaimanpun  dia harus memperingatkan Selena.

"Mengapa Natalie? aku hanya sekali saja berbicara dengannya?".

"Apa kau tidak tau kalau gadis itu mengejar Austin seperti orang gila? Dia selalu mengikuti Austin kemanapun Austin pergi. Bahkan gadis sialan itu juga memusuhi gadis-gadis yang berusaha dekat dengan Austin. Bukan memusuhi tepatnya, tapi membullynya. Beberapa terpaksa harus pindah Universitas bahkan sisanya tidak meneruskan kuliah mereka karena trauma. Gadis itu adalah HAMA, dia selalu bisa lolos karena kekayaan keluarganya".

"Aku janji Natalie, aku akan menjaga diriku dengan baik. Aku tidak akan membiarkan siapapun menginjak-injak martabatku".

"Bagus. Hanya itu yang perlu aku dengar sayangku".


#KANTIN UNIVERSITAS


Selena  berjalan bersama kedua sahabatnya menuju kantin Universitas, ketika banyak mahasiswi melihatnya dengan pandangan tidak suka. Dia tidak tau mengapa dirinya harus diperlakukan seperti itu. 

"Jadi dia pacar Austin?".

"Dia benar-benar tidak tau diri".

"Aku heran, apa yang dilihat Austin dari gadis itu".

"Dia akan bersaing dengan Claudia? Tidak bisa dipercaya".

"Dia hanya gadis penerima beasiswa, lihat saja pakaiannya".

"Dia berusaha memanjat untuk menaikan statusnya".

"Naik strata dan masuk kekeluarga Morgan pasti membutuhkan lebih dari sekedar kecantikan".

"Apa dia sudah menjual dirinya kepada Austin Morgan?".

"Gadis itu memang cantik, tapi itu tidak cukup untuk menjadi pasangan Austin".

"Aku yakin sekali, Austin pasti meninggalkan gadis itu".

Sejak Austin mengumumkan aku sebagai kekasihnya di pesta Claudia, setiap masuk kuliah hampir semua penghuni kampus melihat dirinya sebagai musuh. Hanya Laura dan Natalie yang selalu ada untuknya dan masih bersikap baik seperti biasanya.

Aku tidak tau jika datang ke pesta ulang tahun Claudia adalah salah besar.

Hampir setiap hari aku menerima surat kaleng yang berisi ancaman. Telepon gelap dimalam hari. Bangku kuliah yang lengket karena penuh lem. Loker yang penuh cairan cat. Sepeda yang biasa aku pakai tiba-tiba saja kehilangan kedua rodanya dan tak terhitung berapa banyak lagi insiden yang aku alami.

"Ayo makan, Selena! biarkan mereka".
Natalie menepuk bahuku untuk memberikan dukungan.

Aku duduk bersama kedua sahabatku seperti biasa, bersama mereka setidaknya bisa membuatku melupakan ancaman dan segala permusuhan yang aku terima. 

"Jadi kau yang bernama Selena?".
Tiga orang gadis  menghampiri tempat duduk kami. Melihat buku yang dia bawa sepertinya mereka berada beberapa tingkat diatasku. 

"Iya". Aku menjawab dengan ketenangan Laut Sargasso.

"J-A-U-H-I Austin Morgan. Berkacalah dengan cermin yang besar, lihat baik-baik siapa dirimu! Tidak ada satupun bagian dari dirimu yang cukup layak untuk bersama Austin. Aku terpaksa menyadarkanmu karena sepertinya kau terlalu bebal". 
Ketiga wanita itu langsung pergi setelah selesai melontarkan makian dimuka Selena. Meninggalkan Selena yang masih terkejut dengan kejadian yang baru diterimanya.

"Selena, apa kau akan terus diam saja?".
Natalie menatap prihatin pada sahabatnya. Natalie hampir saja menedang ketiga gadis tadi, tapi Selena segera menarik tubuhnya supaya duduk diam.

"Lupakan mereka, aku sama sekali tidak terganggu. Aku tidak melakukan hal yang salah". Selena menenangkan sahabatnya dan memberikan senyum manisnya, menyakinkan Natalie bahwa dia baik-baik saja.

"Bagus, mereka tidak penting, yang penting kau dan Austin. Oh Selena, lihat siapa yang baru masuk ke kantin?". 

Natalie dan Laura tampak lupa diri, sedangkan Selena tetap melanjutkan makan siangnya dengan lahap, tidak peduli dengan kedua temannya yang sepertinya mulai terpesona dengan mahasiswa tampan. 

"Mahasiswa tampan incaranmu pasti. Lupakan saja, kalian mengagumi terlalu banyak pria, lebih baik kalian memilih satu lalu setialah. Terutama kau Laura". Balas Selena sambil mengaduk-aduk makanannya.

Suara bising dikantin mendadak senyap. Dan itu sangat menenangkan. Seandainya kantin bisa setenang ini, mereka tidak harus pergi ke perpustakaan untuk sekedar membaca. Mendapatkan keduanya adalah yang terbaik. 

Tapi bagaimanapun dia tidak akan bisa menikmati keduanya, membaca santai sambil menikmati makan siang adalah suatu kemewahan untuknya.

"Hei, Austin". Sapa Natalie antusias. 
Kali ini aku nyaris saja tersedak makananku, tidak mempercayai pendengaranku. Ya ampun, ini sudah dua Minggu sejak kami bersama. Dan ini pertama kalinya Austin menemuiku di lingkungan Universitas.

"Apa kabar Natalie? Dan kau juga Laura? Aku sudah sering mendengar tentang kalian berdua." Austin menyapa kedua teman baikku dengan ramah. Menjabat tangannya satu persatu.

"Sangat baik, Austin". Jawab Natalie  dan Laura bersamaan. Kedua sahabatku melihat takjub kearah Austin. Seakan-akan hanya dia laki-laki tampan di dunia ini.

"Boleh aku dan teman-temanku duduk disini?". Sebenarnya tanpa bertanyapun Austin sangat yakin akan mendapatkan persetujuan, tapi dia harus tetap menjaga kesopanan. 

"Tentu saja".
Natalie langsung mengiyakan tanpa menanyakan pendapatku. Mereka mengabaikan keenggananku duduk bersama Austin.

"Dasar penghianat".
Gerutuku pada mereka berdua.

"Kau berbicara sesuatu, Selena?" Laura menatapku, pura-pura tidak mendengar.

"Lihatlah sekeliling! semua menatap meja kita, ada empat laki-laki tampan dan paling populer di Universitas memilih duduk bersama kita. Ini sungguh luar biasa".
Laura tanpa basa basi menunjukkan kekagumannya pada keempat pria yang baru saja duduk didepannya.

"Tidak, cepat habiskan makanmu!". Perintah Selena pada Laura. Lebih baik menjaga jarak dengan Austin atau dia akan mendapatkan bullyan dari gadis-gadis di Universitas.

"Kau marah padaku, Selena?"
Austin memulai pembicaraan. Dia memilih mengambil satu kursi dan duduk tepat disamping Selena.

"Tidak, hanya saja aku buru-buru. Aku ada shift sore".

"Aku ada kuliah hingga pukul 19.00 hari ini. Aku akan menjemputmu setelah jam kuliahku selesai".

"Tidak perlu, aku akan mengunjungi ayah angkatku".

"Kalau begitu aku akan menemanimu".
Austin memaksa.

Selena tetap diam, dia tidak ingin Austin atau siapapun mengetahui tentang ayah angkatnya. Karena kebisuan yang tak kunjung reda akhirnya Natalie  menendang tulang keringnya yang  membuat minuman diatas meja ikut bergetar.

"Ouch....Natalie. Tolong gunakan mulutmu ketika makan, jangan kakimu".
Kataku memperingatkan Natalie untuk diam. Tendangan Natalie benar-benar membuatku meringis kesakitan.

" Itu tidak sengaja, kakiku hanya kram". Balas Natalie acuh.

"Mengapa seluruh tubuhmu penuh dengan kemalangan secara bergantian? Terima saranku! Kamu perlu mereset tubuhmu supaya kembali normal".

Natalie hanya mengangkat bahu, tidak ingin menanggapi sifat buruk teman baiknya. Hanya pada Natalie aku sering memperlihatkan sifat asliku yang suka meledak-ledak dan berbicara apapun yang ada dipikiranku.

"Hahahaha, kalian sangat unik". Aland tampak menikmati perdebatan kami berdua. Begitupun Edward dan Raymond tak bisa menahan senyumnya.

"Terimakasih, Aland. Kami bertiga memang limited edition".
Laura tersenyum senang.

"Dia bilang unik, Laura. Bukan limited edition. Kau menyamakan dirimu dengan barang?".
Selena mendengus kesal pada Laura yang terlalu memuja keempat pria didepannya.

"Hahahaha. Ya Tuhan....ini sungguh menyenangkan ".
Empat pria dimeja kami tersenyum senang, seakan-akan kami sedang memberikan pertunjukan yang menarik.

Semua mata menatap meja kami dengan iri dan sebagian menatap dengan penuh kebencian. Semoga peristiwa dikantin tidak membawa masalah untukku. Aku hanya ingin kuliah sebaik-baiknya, tidak mengharap mendapatkan musuh. Tentang mendapat kekasih....ehm itu bisa disebut bonus. Hiburnya pada diri sendiri.😊


#CAFE


"Bagaimana hubunganmu dengan Austin, Selena?".

"Eh Mr Billy, anda mengetahuinya?".

"Tentu saja. Semua itu terlihat jelas diwajah kalian berdua". Selena tersenyum malu mendengar kelakar atasannya. 

"Dia pemuda yang baik. Aku senang kau bersamanya". Lanjutnya.

"Iyaaa. Terimakasih Mr Billy". Aku menjawab pelan.

"Pulanglah lebih awal, sebentar lagi akan hujan badai.  Lihat! Austin sudah menjemputmu". Mr Billy menunjuk Austin yang baru saja turun dari mobil Suv nya. 

"Tapi Mr.Billy saya belum bersih-bersih".

"Sudah pulanglah, itu bisa dilakukan besok, kau akan kesulitan pulang jika menundanya".

"Terimakasih Mr Billy. Aku menyayangimu".

"Begitu juga aku nak". 


~~~>>>>

Diluar Cafe aku melihat Austin sedang berdiri disamping mobilnya dengan memakai Down Jacket dari bulu angsa.  Tampak santai tidak terpengaruh hujan yang mulai turun. Dia sangat tampan seperti biasanya. Dengan tinggi  185cm, alis tebal,  rambut gelap dan tatapan tajam, membuatnya selalu menonjol. Selain itu dia juga dikaruniai kecerdasan diatas rata-rata. Rasanya tidak adil, dia memiliki kesempurnaan seperti itu.

"Selena?".  Austin segera berjalan menghampiriku yang sedang kesulitan membuka payung.

"Austin? Mengapa kau datang?".

"Tentu saja menjemputmu. Ayo Selena!".

Austin menarik tanganku dan menyuruhku segera masuk ke dalam mobil. Ini pertama kalinya Austin membawa mobil ketika bersamaku. Biasanya kami akan menggunakan bus, kereta atau berjalan kaki sambil mengobrol.

"Kita mau kemana?".

"Apartemenku. Sebentar lagi hujan badai. Jarak ke tempatku lebih dekat dari pada kembali ke asrama".

"Tapi aku harus kembali ke asrama. Teman-temanku akan mencariku".

"Telepon mereka dan bilang kau bersamaku. Mereka pasti akan mengerti".


#APARTEMEN AUSTIN


"Masuklah!"

"Tapi...".

"Beberapa Minggu yang lalu bukankah kau juga datang kesini".

"Waktu itu aku tidak datang, aku tidak sadarkan diri dan kau mengendongku sampai ketempat tidur".

"Itukah yang kau inginkan, Selena? Apa aku  perlu mengendongmu?"

"Tidak terimakasih. aku masih bisa berjalan sendiri". Aku berjalan melewatinya. Tapi sekilas aku masih sempat melihat senyum dimatanya.

"Mandilah. Aku akan menyiapkan makan malam".

"Tapi aku tidak punya baju ganti". Selena mencium bau pakaiannya sendiri dengan jijik, dia memakainya sejak kuliah tadi pagi hingga bekerja di Cafe Mr Billy. Jadi tidak akan kaget jika banyak bakteri Staphylococcus aureus yang menempel pada pakaiannya.

"Kau bisa memakai punyaku. Pilihlahlah sendiri di lemari. Tampaknya kau juga ketakutan ada Staphylococcus aureus dibajumu." Austin menahan senyumnya ketika melihat Selena mencium ujung pakaiannya dengan jijik.

"Oh". Tanpa berdebat lebih lama lagi, Selena langsung berjalan menuju kamar mandi.

Baru kali ini aku benar-benar melihat apartemen Austin. Apartemen ini kecil, tapi tertata rapi, sangat cocok untuk bujangan yang tinggal sendiri. Apakah Austin membelinya? Pasti cukup mahal, apalagi lokasi disini sangat strategis, kita bisa melihat pemandangan kota di malam hari dari lantai 17.

Oh persetan, aku cuma perlu mandi. Air hangat benar-benar sangat aku butuhkan saat ini. Kamar mandi Austin benar-benar sangat maskulin, bathtubnya terletak ditengah ruangan. Dengan dinding-dindingnya yang berwarna putih. Aku benar-benar tidak memerhatikan bahwa kamar mandinya benar-benar rasa Austin.

Oke Selena, lupakan bathtub. Kau hanya perlu mandi air shower supaya  tidak perlu berlama-lama memakai kamar mandi Austin.

Oh sial, seharusnya aku mengambil baju sebelum kekamar mandi. Sekarang karena kecerobohan yang aku buat sendiri, aku harus keluar kamar mandi dengan mengendap-endap. Tapi bukankah dia sedang membuat makanan di dapur. Aku hanya perlu mengambilnya dilemari dan memakainya dengan cepat. Dia tidak akan tau aku berjalan dikamarnya dengan telanjang. Koreksi...tidak sepenuhnya telanjang.

Aku melilitkan handuk di tubuhku, berjalan pelan-pelan menuju lemari Austin. Aku mengambil satu kemeja putihnya dengan hati-hati.

"Kau membutuhkan sesuatu, Selena?".

Kedatangan Austin membuat aku terkejut.  Ini benar-benar memalukan. Bagaimana mungkin Austin sudah berdiri di pintu. Kedua tangannya dimasukkan kedalam celananya. Dia menatapku dengan santai seakan melihat wanita dengan setengah telanjang di kamarnya adalah hal biasa.

"A...ku meminjam kemejamu".

"Tentu".

"Dan juga celana dalammu".

"Bagus. Ada lagi yang kau butuhkan?". Austin hampir saja tersedak saat melihat  gadis didepannya sedang berdiri dengan memegang erat satu kemeja ditangan kiri dan celana dalam pria ditangan kanannya. Kilatan geli tidak bisa disembunyikannya, bagaimana mungkin seorang gadis berpikir memakai celana dalam pria.

"Ti...dak a...da".

"Syukurlah".

"Ap...aaa?".

"Aku takut kau juga akan meminjam bra dariku, Selena. Karena jujur saja aku tidak pernah memiliki barang seperti itu".

Seketika itu juga aku berlari menuju kamar mandi. Dan sialan, aku ikut mencuci braku satu-satunya. Oh Sial, berjalan tanpa memakai bra itu nyaris seperti telanjang.
Oke, selama aku tidak berdiri di dekat sumber cahaya,  maka payudaraku yang tidak memakai bra tidak akan terlihat jelas. 

~~~~>>>

"Apa kau masih berdebat dengan dirimu sendiri, Selena?".

Gadis ini sangat polos tapi juga suka manis, berbicara dengannya sangat menyenangkan. Dan dia satu-satunya gadis yang membuatku ingin selalu didekatnya.  Sudah berbulan-bulan sejak kami saling mengenal , kami hanya pernah satu kali berciuman. Dan kini aku ingin menciumnya lagi....

"A....ku sudah selesai".

"Bagus. Aku kelaparan".

"Oh maafkan aku."

"Makanlah! Hanya ini bahan yang tersedia dikulkas."

"Aku tidak tau kau bisa memasak steak dengan mashed potato".

"Sebelum mengenalmu, aku mengambil kursus memasak setiap hari Sabtu"

"Dan sekarang?"

"Setiap Sabtu menjadi jadwalku berkencan denganmu". Austin menatap gadis didepannya dengan senyumnya yang menawan. Dan tatapan itu membuat Selena memalingkan wajahnya menahan malu.

"Aku sudah selesai. Terimakasih untuk makanannya. Ini sangat lezat."

"Tinggalkan disini, Selena. Ada bibi yang akan membersihkannya besok pagi".

"Kau sudah memasak, sekarang giliran aku untuk mencuci piring".

"Tidak perlu. Naiklah!".

Selena berjalan mendahuluiku. Kemejaku cukup panjang, sehingga bisa menutupi tubuhnya hingga paha. Tapi bayangan dia tidak memakai bra menghantui pikiranku selama makan malam.

"Kau tidak akan mengantarku pulang malam ini?". 

"Tidak. Berbahaya berkendara di cuaca seperti ini".

"Lalu, dimana aku tidur?"

"Dikamarku".

"Dan kau?".

"Dikamar-KU".

"Kalau begitu aku akan tidur di sofa".

"Kau akan tidur dikamarku dan diranjangku, Selena. Udara sangat dingin, tubuhmu dan tubuhku tidak akan bisa mengatasinya. Jadi malam ini kita berbagi ranjang. Aku tidak akan menyentuhmu. Sekarang naiklah, aku sudah menyalakan pemanas ruangan".

Selena menatapku dengan kewaspadaan tinggi. Tentu saja, dia bukan salah satu dari gadis- gadis di universitas yang tanpa malu mengejar-kejarku. Dia tidak akan melemparkan dirinya padaku. Akulah yang lebih dulu  mengejarnya.

"Bagus. Aku tidak peduli meski kau tuan rumahnya, tapi jika kau bertindak asusila padaku. Aku akan menendangmu".

"DEAL".
Kecuali kau yang menginginkannya, Selena. Kataku dalam hati.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cinta Itu Pasti Kembali Part 9

# Engagement Party "Gaunmu sangat cantik, Clau". "Terimakasih. Natalie yang merancangnya". "Kau meminta sahabat ...