Jumat, 15 Desember 2023

Cinta itu pasti kembali part 1


10 tahun yang lalu.......

#Universitas

Momma apa kau merindukanku?
Aku sangat merindukanmu........
Aku berhasil momma....
Akhirnya aku bisa kuliah disini seperti kau dulu.
Aku berjanji, aku akan belajar dengan giat, aku ingin kau bangga memiliki anak sepertiku Momma. Aku mencintaimu, beristirahatlah dengan damai, selalu perhatikan aku dari surga....

Tuhan tolonglah supaya aku memiliki kehidupan yang baik disini dan bertemu dengan orang-orang yang baik. Aku harus berhasil, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Ini adalah kesempatanku untuk memperbaiki hidup.


"Hai"  

Seorang gadis cantik menyapaku dengan antusias. Ini pertama kalinya ada seseorang menyapaku sejak kegiatan penerimaan mahasiswa baru selesai. Dari penampilannya  dia seperti mahasiswi yang cukup berada tidak sepertiku.

"Oh...Hai". Kataku gugup.

"Kenalkan, aku Natalie. Dan kau?" Sapanya riang.

"Selena".

"Boleh aku duduk disebelahmu?"

"Ehm...oh iya".

"Apa yang sedang kau lakukan?"

 Aku memperlihatkan buku filsafat yang sedang aku baca.

"Kau dari departemen apa?"

"Bisnis"

"Tapi kau membaca buku filsafat? Oh, Aku dari departemen Design". Natalie memperkenalkan diri.

"Ini The Wealth of Nations. Ini buku yang sangat bagus, kau harus membacanya". Balasku ringan.

"Tidak terimakasih. Aku pasti akan segera tertidur ketika baru membaca daftar isinya. Kau saja yang baca dan beritahu aku intinya".

"Terserah padamu". Aku tersenyum mendengar jawaban malasnya.


~~~>>>

"Haiiii.....".


Sebuah sapaan yang cukup keras mengejutkan kami berdua. Seorang gadis berambut pirang dengan mata biru yang cantik menyapa kami yang sedang asyik ngobrol.

"Hai" balas kami bersamaan.

"Aku Laura dari departemen bisnis". Gadis itu mengulurkan kedua tangannya.

"Aku Natalie dari departemen Design dan dia Selena dari departemen Bisnis". Natalie memperkenalkan dirinya dan aku.

"Wah akhirnya aku punya teman di kelas bisnis. Sekarang kalian berdua adalah teman-temanku, aku akan mengikat kalian selamanya". Laura tertawa gembira, kedua lengannya merangkul leher kami berdua secara bersamaan.

Perlakuan seperti ini cukup mengejutkan bagiku, karena sejak dulu aku tidak memiliki teman. Jadi aku tidak pintar bereaksi terhadap sikap ramah orang lain. Aku lihat Natalie sangat biasa melihat cara Laura memperlakukannya, membuat aku sedikit iri melihatnya.

Sejak saat itu kami selalu bertiga, bahkan kita satu asrama, menjadikan hubungan kami lebih dekat. Aku hanya meninggalkan mereka ketika harus pergi bekerja part time.

Kegiatanku sehari-hari hanya seputar Universitas, asrama dan tempat kerja. Jika sebelum masuk Universitas aku harus bekerja di tiga hingga lima tempat secara bergantian, kini aku hanya bekerja disatu tempat saja, Kafe milik Mr Billy. Mr Billy memaksaku melepaskan pekerjaan yang lain karena khawatir dengan kesehatanku, apalagi tempatku bekerja sebelumnya cukup jauh dari Universitas. Meskipun kadang-kadang aku harus mengambil pekerjaan sampingan lain dengan memberi les anak-anak yang bersiap mengikuti ujian.

Diantara kami bertiga, Laura adalah yang paling kaya dan sering membawakan makanan untuk kami semua ketika diasrama. Dan itu membuat aku merasa tak enak hati, apalagi dia selalu menolak ketika aku berusaha membayar untuk makanan yang aku makan.

Tapi meskipun begitu, aku lebih dekat dengan Natalie, aku tidak tau mengapa, sepertinya aku punya kesan yang mendalam padanya. Dan hubungan kami bahkan lebih dekat, melebihi saudara kandung. Aku menceritakan semuanya kecuali untuk hal-hal yang sangat pribadi aku tetap merahasiakannya.


#ASRAMA LAKI-LAKI

"Austin!"

"Ehm"

"Austin? "

"Yaa? "

"Lihatlah wajahku ketika berbicara, jangan selalu asyik dengan duniamu. Setidaknya anggaplah wajahku ini sebuah buku yang membuatmu tertarik".

"Kau ingin aku membayangkan wajahmu sebagai buku apa? "
Sobotta Atlas of Human Anatomy? Atau pulmonologi dan penyakit kritis? " Jawab Austin tanpa memperhatikan temannya yang sedang kesal.

"Apapun asal perhatikan wajah tampanku ini?." Sahut Raymond yang mulai hilang kesabaran.

Austin mengangkat wajah tampannya dari buku yang sedang asyik dibacanya. Dilihatnya Raymond dengan senyum malas, senyum yang telah menghinoptis banyak mahasiswi di Universitas.

"Sudah lama kita tidak makan bersama. Kau selalu sibuk dengan buku-bukumu seakan mereka lebih berharga dari kami. Benar kan Edward?".

Edward hanya mengangkat bahu, bersikap acuh seperti biasanya. Edward dan Austin memilik sifat yang nyaris sama, sama-sama dingin seperti kutub selatan. Hanya penguin dan Snow Petrel yang sanggup hidup disana, bisa jadi mereka masih satu spesies di kehidupan sebelumnya. Katanya dalam hati.

Austin, Edward, Raymond dan Aland bersahabat sejak kecil. Sejak preschool hingga sekarang mereka memilih masuk Universitas yang sama. Meski memiliki orang tua yang luar biasa kaya, mereka memilih tinggal di asrama. Yah setidaknya asrama lebih menyenangkan dari pada tinggal dirumah.

Aku dan Edward mengambil jurusan kedokteran sedangkan Raymond dan Aland lebih memilih jurusan komputer.

"Aku ada laporan". Jawabku kemudian.

"Selesaikan nanti, kita makan siang bersama, otak jenius sepertimu andaikan ketinggalan satu semester pun, kau akan bisa lari mengejarnya dan bahkan lebih cepat mencapai garis finish". Bujuk Raymond dengan sedikit memaksa.

Aland yang baru saja masuk kekamar langsung menarik Austin dari kursinya, Raymond yang mendapatkan signal bantuan langsung mendorong Austin keluar kamar yang diikuti Edward dibelakangnya.

"Disini banyak gadis-gadis cantik". Aku Raymond pada akhirnya.

"Aku kira kita disini untuk makan". Kataku kesal.

"Keduanya". Sahut Aland dengan sedikit misterius.

"Lalu mengapa harus mengajakku?"

"Kau adalah magnetnya Austin. Hampir semua mahasiswi disini adalah penggemarmu. Berjalan bersamamu akan membuat mata gadis-gadis tertuju pada kita. Dan tolong jangan katakan kau tidak menyadarinya?". Jawab Raymond dengan sikap manis yang dibuat-buat.

"Aku tidak peduli. Dan jangan menggumpankan aku. Kau punya Aland untuk melakukannya".

"Jika kau belum mengerti, aku akan memberi tahu-mu bahwa kau dan Aland sama brengseknya ". Balas Raymond ketus.

Aku memilih mengabaikan komentarnya, bagaimanapun apa yang dikatakannya memang sedikit ehm... HANYA SEDIKIT masuk akal.

Aku melanjutkan langkahku menuju kantin Universitas ketika mataku secara tidak sengaja melihat seorang gadis yang sedang menuju kantin bersama kedua temannya. Melihat penampilannya yang sangat sederhana dan polos, sepertinya mereka masih mahasiswi tingkat pertama.

Rambut gadis itu berwarna brown, dengan kulit seputih porselen, sial dia juga memiliki senyuman yang sangat cantik. Kaos putih dan celana jeans yang dipakainya seakan memperlihatkan kaki jenjangnya. Dan sekarang gadis itu sedang tertawa lepas bersama kedua temannya, yang sepertinya sedang menertawakan lelucon salah satu dari mereka.

"Apa ada yang menarik minatmu, Mr Austin Morgan?"
Goda Raymond yang melihatku tersenyum pada tingkah gadis berkaos putih tadi.

"Tidak ada". Sahutku kasar.


# KANTIN UNIVERSITAS

Sampai dikantin, seperti yang sudah diduga Raymond, kehebohan terjadi. Kantin yang semula sepi berangsur-angsur menjadi ramai. Mengapa tiba-tiba banyak pengunjung berdatangan? Padahal jam makan siang sudah berlalu. Apa para mahasiswa ini tidak ada kuliah?

"Apa ada yang salah?"

"Tidak ada, hanya saja tidak biasanya terjadi , Austin Morgan mahasiswa tampan dan jenius dari departemen kedokteran yang dingin seperti kutub Selatan menginjakkan kaki dikantin".
Aland tertawa gembira mendengar seloroh Raymond yang menghibur.

"Hai Austin, kau akan makan siang?"
Claudia teman kami sejak Senior High School berjalan mendekat bersama tiga gadis lainnya. Sebenarnya dia bukan sembarang gadis, dia lebih seperti lalat pengganggu. Gadis itu selalu mengikuti kemanapun aku pergi dan itu membuat ketiga teman-temanku jengkel.

"Iya".

"Ayo kita duduk dimeja bersama, temanku sudah membooking meja di dekat jendela. Atau kau mau aku mencarikan tempat duduk untuk kalian?"

"Tidak perlu Clau, kita akan duduk dimeja bersama kalian, tempat ini hampir penuh. 
Jawab Aland sambil membawaku mengantre bersamanya dan yang lain.

"Baiklah, aku akan menunggu disana". Jawabnya sambil menunjuk meja tempatnya duduk bersama teman-temannya.

~~~~~>>>>

"Selena, Natalie ayuk kita makan, aku kelaparan, kita berjalan terlalu lambat. Lihatlah, kantin mulai penuh sesak. Kita akan kehabisan makanan ketika sampai diujung" .

"Kau benar Laura, hari ini aneh sekali, tidak biasanya kantin ini penuh." Natalie terlihat terkejut.

"Aku akan mencari tempat duduk untuk kita. Kalian berdua mengantrelah dulu. Kita harus gantian".

"Baiklah-".

Kami berdua menuju antrean yang cukup panjang dengan Natalie memelukku dari belakang.

"Oh my God, bukankah itu? Ya Tuhan...". Suara Natalie tergagap.

"Kau melihat hantu? ". Tanyaku asal sambil sesekali memperhatikan antrian didepan kami yang berjalan sangat lambat.

"Dia bukan hantu, tapi lebih seperti......Malaikat". Natalie mencubit pinggangku karena pertanyaan asal yang aku lontarkan.

"Jika kau belum tau, Lucifer juga seorang malaikat sebelum menjadi iblis".

"Dasar bocah sialan. Tinggalkan bukumu sejenak dan lihatlah sendiri?!" Ujar Natalie galak.

"Sudahlah Natalie, tidak ada yang menarik bagiku saat ini kecuali makanan." Aku melihatnya dengan senyum malas.

"Tapi dia lebih lezat dari makanan. Apa kau tau, dia sangat tampan dan jenius. Oh satu lagi, sikapnya yang seperti kutub selatan benar-benar membuatnya semakin diluar jangkauan." Mendengar kekaguman Natalie pada seorang pria membuatku tertawa geli.

"Ehm biarkanlah pria tampan, dingin dan jenius itu makan. Selama dia masih makhluk hidup, aku sangat yakin dia butuh makan untuk tetap bertumbuh dan hidup." Kataku sambil membolak balik halaman buku yang aku baca.

~~~~>>

Gadis yang aku lihat tadi, sedang ikut mengantre bersama temannya. Tapi gadis itu tetap sibuk dengan aktivitasnya membaca buku disaat semua gadis dikantin ini diam-diam mengambil fotoku secara diam-diam maupun terang-terangan. Dia bahkan tidak peduli dengan keadaan di sekelilingnya. Aku memperhatikannya dengan seksama, yah tidak bisa dipungkiri, gadis ini luar biasa cantik.

Aku tersenyum tertahan mendengar perkataannya. Biarkan pria tampan, dingin dan jenius yang kau katakan itu makan. Dan Lucifer? Aku? Ini pertama kalinya ada seorang wanita secara tidak langsung menyebut aku Lucifer.

"Kau memang sangat cerdas ". Pikirku dalam hati.
Diam-diam aku memperhatikannya lagi dengan penuh penilaian, tingginya sekitar 170cm, selain cantik dia juga bermulut tajam. Saat inipun dia tetap asyik dengan bukunya dengan sesekali membalas perkataan temannya. Benar-benar tidak mau tau kehebohan disekitarnya.

~~~~>>>

"Austin, kemarilah!".
Claudia menepuk kursi disebelahnya. Tapi Austin memilih duduk di satu-satunya kursi kosong di dekat Edward.

Aland sedang asyik mengaduk-aduk makanannya, sementara Raymond sedang asyik melihat gadis-gadis yang mengambil foto kearah meja kami.

"Bagaimana kuliahmu, Austin?" Tanya Claudia basa basi.

"Baik".

"Claudia, aku tidak tau kalau kau mengenal Austin". Gadis disebelah Clau dengan terang-terangan menatapku penuh kekaguman.

"Apakah Austin, laki-laki yang kau ceritakan pada kami, pria yang kau sukai sejak senior high school" . Teman Claudia yang duduk tepat di depanku membuat aku tidak nyaman.

Aku dapat merasakan meja kami bergetar, sepertinya ada eksekusi dibawah meja antara Claudia dan temannya.

"Tenang saja Clau, Austin tidak punya kekasih, jika kau mau bersaing, kau hanya perlu bersaing dengan buku-bukunya." Aland tertawa sinis, muak dengan sikap Claudia yang tiba-tiba menjadi pemalu.

"Buku adalah saingan terberatmu dari  seluruh gadis se-universitas". Raymond menimpali.

Claudia tersenyum padaku. Aku hanya menatapnya sekilas dan melanjutkan makanku sambil sesekali mencuri pandang pada gadis cantik dengan rambut cokelat tadi.

Gadis itu  duduk tepat disebelah mejaku. Jarak kami hanya sekitar 1 meter, cukup dekat. Tetapi gadis itu sepertinya tidak tau aku memperhatikannya sejak tadi.

~~~~>>>>

"Selena, aku akan menjemputmu".

"Tidak usah, aku akan pulang larut".

"Kau bekerja lembur lagi?"

"Ehm".

"Apa akhir pekan nanti kau akan bekerja? Kalau tidak ayo kita ke bioskop bersama?"

"Aku tidak janji. Mr Billy akan kerepotan kalau aku tidak masuk kerja".

"Kau nyaris tidak punya waktu untuk bersenang-senang."

"Aku tidak punya pilihan, Natalie".

"Baiklah, aku mengerti".

"Selena?" Teriak Laura dari seberang meja.

"Ehm?"

"Selena?"

"Oh diamlah saat kau makan Laura. Lanjutkan makanmu, aku harus cepat. Tolong bawakan bukuku keasrama".

"Shittt. Selena, perhatikan siapa yang duduk di kursi sebelahmu! " Perintah Laura dengan suara yang sama sekali tidak bisa dibilang pelan.

~~~~>>>

Saat itulah aku bertatap muka dengannya. Dia memandangku tanpa ekspresi bahkan terkesan tidak peduli. Tidak ada pandangan memuja seperti gadis lain, tatapannya lebih seperti kebingungan.

Namanya Selena, entah mengapa nama itu sangat sesuai dengannya. Sial. Gadis ini benar-benar tidak terpengaruh.

"Aku akan kembali ke asrama".

"Austin, aku akan kembali bersamamu".

"Aku akan menemui Prof.Wiles sebelum ke asrama. Kalian tidak usah buru-buru, lanjutan saja makannya. Aku akan pulang terlambat".

====>>

Aku berjalan beberapa langkah di belakang Selena yang sedang berjalan terburu-buru. Ah dia hampir saja terjatuh karena lubang didepannya.

Bekerja dimana gadis itu? Dari departemen apa?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cinta Itu Pasti Kembali Part 9

# Engagement Party "Gaunmu sangat cantik, Clau". "Terimakasih. Natalie yang merancangnya". "Kau meminta sahabat ...