Selasa, 19 Desember 2023

Cinta Itu Pasti Kembali part 3

"Kau sangat cantik Selena, kau benar-benar luar biasa".
Austin menatap wanita yang berdiri didepannya dengan kekaguman yang tidak ditutupi. Selena memang sangat  cantik, tetapi malam ini dia luar biasa menakjubkan. Ini pertama kalinya Selena mengenakkan gaun pesta, dan dia berubah menjadi Cinderella.

"Tapi Austin...gaun ini mahal, aku tidak mampu membelinya".

"Selena, ini hadiah dariku. Aku tidak pernah memberikan apapun padamu. Aku ingin kau memakainya malam ini".

"Aku tidak membutuhkan ini".

"Tentu saja kau tidak butuh Selena, tapi bolehkah aku membelikanmu gaun ini?"

"Aku akan membayar gaun ini, aku akan mencicilnya setiap bulan".

"Tidak".

"Austin".

"Terserah padamu, Selena".
Akhirnya Austin menyerah, Selena bukan seperti gadis pada umumnya. Dia cerdas, pekerja keras dan memiliki harga diri yang tinggi. Semakin dekat dengan Selena, semakin membuat Austin tidak bisa berpaling darinya.

Dia belum pernah membawa Selena kemanapun, mereka hanya menghabiskan waktu di cafe tempatnya bekerja dan sesekali menikmati makan malam di kedai-kedai yang menjual makanan murah. Bersama Selena selalu sederhana tapi juga luar biasa. 

"Ehm Austin?"

"Iya? Apa kau gugup?"
Austin memegang telapak tangan Selena yang berkeringat dan memijatnya perlahan. Gadis ini begitu gugup tapi berusaha tidak menunjukkannya.

"Ah iya. Aku tidak pernah menghadiri pesta apapun".

"Aku senang mendengarnya, berarti aku yang pertama membawamu datang ke pesta. Kau tidak perlu gugup Selena, aku disampingmu, aku akan menjagamu".

"Austin....".

"Iya?".

"Apa kau anak orang kaya?".

"Mengapa kau bertanya?".

"Oh tidak, hanya saja gaun yang aku pakai sangat mahal. Gaun ini sanggup menghabiskan uang makanku selama 6 bulan".

"Kau tidak perlu menggantinya, anggap sebagai hadiah dariku".

"Tolong jangan seperti itu Austin. Maafkan aku. Hanya saja kau juga seorang mahasiswa, kau butuh biaya kuliah dan biaya hidup. Aku tidak ingin kau menghambur-hamburkan uang untukku. Jadi jangan khawatir, aku akan menyicilnya mulai bulan depan. Jangan sampai kau kesulitan membayar uang kuliahmu nanti".

"Selena....".

"Ya?".

"Ehm....tidak".

Selena mungkin satu satunya gadis yang akan berpikir soal penghematan saat bersama Austin. Tidak banyak yang tau kalau Austin Morgan adalah satu-satunya pewaris dari Morgan Holding Company. Austin memang tidak menginginkan dirinya dikenal sebagai Morgan Jr, jadi tidak banyak yang tau kehidupan pribadinya selain teman-teman dekatnya.

Ditambah lagi Austin juga bekerja sebagai asisten dosen untuk Profesor Wiles, dirinya juga melakukan banyak investasi dengan uang peninggalan ibunya, membuatnya tidak pernah kesulitan keuangan meskipun tanpa sokongan ayahnya Morgan Senior.


# CLAUDIA BIRTHDAY PARTY


"Kalian kau sudah datang? Dimana Austin?  Apakah dia akan datang?". Claudia bertanya kepada ketiga sahabat Austin yang sudah datang lebih dulu.

"Mungkin dia dalam perjalanan, kau tunggu saja".

"Tapi.....".

"Tenanglah Clau, nikmati pestamu dan segera tiup lilinnya".

"Aland,  jujurlah!  apa Austin sudah punya kekasih?".

"Clau, jika dia punya kekasih, kami semua pasti tau".
Aland menjawab pertanyaan Claudia dengan hati-hati. Sebenarnya dia juga tidak yakin dengan jawabannya sendiri. Mungkin saja memang Austin punya kekasih atau mungkin tidak. 

"Dia tidak pernah mengangkat telepon dariku."

"Dia pasti sangat sibuk, beberapa Minggu ini dia sedang mempersiapkan presentasi untuk Prof Wiles"

"Oh...aku senang kalau begitu".
Claudia tampak ceria lagi, dan mulai berbaur bersama teman-temannya.

~~~~>>>

"Aland".

"Ehm?".

"Bukankah beberapa Minggu ini , Austin jarang  berkumpul bersama kita? Dia bahkan jarang pulang ke asrama. Apa kau tau sesuatu? Apa kau percaya saat  dia tadi mengatakan menyukai seorang gadis?".

"Aku tidak tau.  Kau Edward, bukankah kau satu departemen dengannya?". 

"Beberapa Minggu ini dia sering menghilang setelah kuliah selesai". 

Sejujurnya Aland juga melihat perubahan dari diri Austin.  Austin sekarang juga lebih ramah dan lebih  mudah didekati.  Lebih dari apapun, Aland lebih penasaran tentang gadis yang berhasil menaklukkan hati pria paling populer di Universitas. 

Raymond menepuk pundak Aland yang tampak melamun.

"Aland, mengapa aku sering melihatmu berkeliaran di departemen bisnis?".
Raymond mulai melihat Aland dengan penuh minat.

"Kau salah lihat". 

"Aku yakin itu kau". Raymond tersenyum sinis. 

"Apa kau kira aku pengangguran?".

"Tidak. Tapi aku yakin dengan penglihatanku. Katakan!".

"Beberapa mahasiswi membutuhkan bantuan ku membetulkan laptop mereka". Jawab Aland akhirnya.

"Hanya itu?". Raymond dapat mencium kebohongan Aland.

"Iya".

"Kau yakin?".

"Terserah". Aland mulai kesal dengan sikap sahabatnya yang terus mencecarnya dengan pertanyaan.

Departemen bisnis memang menjadi tempat favoritnya beberapa Minggu ini. Apalagi di departemen ini dia bisa melihat gadis cantik berambut cokelat yang sangat sering ditemuinya dalam mimpi. Beberapa kali Aland bertemu muka dengan gadis itu, tetapi mereka tidak pernah bertegur sapa. Padahal Aland sangat ingin menyapanya. Tapi sepertinya gadis itu tidak pernah memperhatikannya.

Diam-diam dirinya berusaha mencari tau dari salah satu temannya di departemen bisnis tentang gadis itu. Bahwa gadis cantik itu bernama Selena, dia kuliah di departemen bisnis tingkat 1 sebagai salah satu mahasiswi cantik berotak cemerlang di Universitas.

Selain cantik, gadis itu juga memiliki persahabatan yang manis dengan teman-temannya. Tentu saja, dengan sifat yang polos dan sederhana seperti itu pasti sangat menarik dibandingkan gadis-gadis agresif yang tahu keinginannya. Mengingat senyum malu-malu Selena membuatnya tersenyum sendiri. Meski senyum itu tidak ditujukan padanya.

"Kau melakukannya lagi". 

"Apa?"

"Tersenyum sendiri".

"Tolong jaga ekspresimu Raymond".

"Aku sudah menjaganya dengan baik. Ah dimana Austin?".

"Mungkin Austin benar-benar akan membawa seorang gadis". Edward menebak.

"Kau yakin? Itu tidak mungkin. Aku yakin Austin tadi sengaja mengelabui kita supaya dia tidak perlu datang kesini.  Dia sangat populer, kita pasti akan tau bila dia dekat dengan seorang gadis. Aku sendiri masih percaya dia sedang sibuk mempersiapkan tugas akhirnya". Raymond tersenyum optimis.

"Andai benar, Aku menyesal pernah menyarankan itu pada Austin. Dengan sikap Claudia dan teman-temannya yang angkuh  akan menyulitkan gadis yang menjadi kekasih Austin". Aland mulai khawatir.

Pikiran bahwa Claudia akan menyakiti gadis yang menjadi kekasih Austin membuatnya marah.  Dia harus melindungi gadis yang tidak bersalah itu.


~~~~>>>>

"Apa kau anak orang kaya Austin?"

Ini pertanyaan yang sama  yang Selena tujukan padanya malam ini.
Pertanyaan Selena kali ini membuatnya terdiam cukup lama. Pikirannya mengembara kemana-mana. Apakah Selena sudah mengetahui tentang keluarganya? Meski identitasnya dirahasiakan oleh tim humas ayahnya, tapi bisa saja ada orang yang membocorkannya.  Dan gadis ini berpura-pura tidak mengetahuinya karena tau aku  sangat menyukainya. Mungkin dia menganggapku sebagai tangkapan yang bagus? Ah Sial dengan pikiran ini, gadis ini begitu polos, tidak pernah ada kepura-puraan saat bersamanya. Dia tidak akan pernah melakukan itu padaku.

"Mengapa kau bertanya?".

"Aku pernah berpikir kita sama? Tapi setelah mulai mengenalmu, aku sadar kau dan aku benar-benar tidak sama"."

"Maksudmu?".

"Dulu ku pikir kau mahasiswa jenius dan tampan dengan ekonomi lemah. Tetapi melihat caramu menghabiskan uang dengan mudah di cafe tempatku bekerja, gaun ini dan juga tuxedomu yang kau kenakan itu, ehm itu tidak  mungkin dilakukan oleh orang miskin. Kau membeli apapun tanpa pernah melihat harga, sedangkan kami, akan melihat harga lebih dulu sebelum memutuskan untuk membeli apapun".

"Lalu?".

"Lalu aku salah. Jika kau menjadi incaran semua gadis di Universitas, berarti jenius dan tampan tidak cukup. Mereka pasti menganggapmu Pizza dengan full topping".

"Hahahaha terimakasih sudah mengatakan aku jenius dan juga tampan. Tetapi sebutan pizza full toping tampak berlebihan Selena".

Austin tertawa lepas. Ya Tuhan gadis ini sangat lucu, cantik dan menarik. Ingin sekali aku mencium bibirnya yang berwarna pink itu. Dengan gaun putih nya, dia tidak terlihat seperti seorang pelayan. Dia seperti nona muda keluarga kaya dan sialan, gadis ini memiliki lekuk tubuh ditempat-tempat yang seharusnya. 

Aku ingin sekali menciumnya sejak aku melihatnya berjalan bersama kedua temannya ke kantin Universitas. Dan aku tidak bisa menahan keinginanku lagi.

"Selena?"

"Ehm".

"Aku harus melakukan ini".
Dan aku menciumnya dengan sangat lembut, ini adalah ciuman pertamaku dan aku yakin ini juga yang pertama untuknya. Rasa bibirnya sangat lembut, mencium Selena adalah kesalahan karena membuatku menginginkan lebih. Aku sungguh tidak ingin meninggalkan kenikmatan paling menyesakkan ini. Bibir Selena yang terbuka membuatku semakin menggila ingin mendapatkan lebih.

Tapi tidak ada waktu untuk kami melanjutkannya, pelayan sudah membuka pintu mobil supaya kami bisa lekas turun.  Untung saja aku menghentikan ciuman kami tepat waktu, bisa saja seseorang menangkap perbuatan kami yang akan membuat Selena lebih malu lagi.

"Kita sudah sampai".

"Oh".

Aku menggandeng tangan Selena memasuki aula yang luas. Terlalu berlebihan memang keluarga kaya  satu  ini dalam menghamburkan uang. Dari pada  mengadakan pesta dan mengundang orang-orang yang tidak butuh diberi makan, harusnya paman Smith  memakainya untuk membawa anaknya mengikuti sekolah kepribadian.

"Austin kau datang".
Claudia berlari menyapaku, meninggalkan teman-temannya dan berusaha memelukku. Aku sudah mengantisipasi sikapnya dengan menjabat tangannya lebih dulu. Salah satu alasan aku menjauhi Claudia adalah sikapnya yang manja dan merepotkan, meskipun dia adalah anak dari paman Smith sahabat ayahku sendiri.

"Hei Clau, selamat ulang tahun".

"Terimakasih Austin. Mengapa kau datang terlambat?  Aku menunggumu. Siapa gadis yang bersamamu ini?".

" Kenalkan, ini Selena".

"Siapa Selena? Apa hubungannya denganmu, Austin?".
Claudia terlihat gusar melihat tangan kiri Austin memeluk pinggang Selena dengan posesif.

"Selena adalah kekasihku".

"Tidakkkkkk". Teriak Claudia.

Seketika suara hinggar binggar di aula menjadi lenyap. Semua mata melihat kami dengan penasaran, dan suasana ini membuat Selena berdiri dengan tidak nyaman. Menjadi sasaran rasa penasaran orang-orang diseluruh aula membuat keringat dingin membasahi pungungnya. Ini bukan pesta kecil yang hanya dihadiri teman dekat, tapi pesta mewah dengan ratusan undangan. 

"Kau ......kau.... bagaimana mungkin bersama gadis seperti ini, dia tidak pantas untukmu, Austin. Aku yakin kalian tidak serius". Claudia semakin histeris dan ini membuatku semakin tidak menyukainya.

Aku menggenggam kuat tangan Selena  dan membawanya  menjauhi Claudia untuk menemui ketiga sahabatku. Berada dekat Claudia membuatku tidak nyaman. Tapi aku sempat melihat ekspresi campur aduk  Claudia  antara terkejut, marah dan malu.

"Kau datang akhirnya?".
Raymond tersenyum pada kami berdua.

"Maaf...Kami terlambat." Tapi tidak ada penyesalan dari kata-kata Austin.

"Tidak apa, pesta ini menjadi begitu membosankan. Hanya pertunjukanmu tadi yang bisa mengejutkan kami".

"Pertunjukan?". Austin pura-pura tidak mengerti.

"Tentu saja, K-E-K-A-S-I-H". Raymond bahkan mengejanya.

"Oh".

"Kau tidak ingin mengenalkan gadis yang datang bersamamu ini? oh lebih tepatnya KEKASIH-mu pada kami?"

"Selena, kenalkan ini Raymond sahabatku yang paling banyak bicara, dan yang berkacamata ini adalah Edward dia satu departemen denganku , dan dia Aland. Aland dan Raymond kuliah di departemen komputer."

Aland melihat gadis yang datang bersama Austin dengan ekspresi terkejut yang tidak disembunyikan. Gadis yang dibawa Austin adalah Selena. Gadis yang disukainya. Dia sangat cantik seperti peri dengan gaun putihnya. Apakah Selena sudah lama menjadi kekasih Austin? Ah tidak, Austin dan Selena tidak saling mengenal saat kami makan dikantin beberapa waktu yang lalu.

"Aku Aland. Senang berkenalan denganmu". Aland lebih dulu mengulurkan tangannya.

"Sele-na".

"Oh aku ingat, kau si cantik dari departemen bisnis kan?".
Raymond menyela, terlihat berusaha menempel pada Selena yang masih menjabat tangan Aland dengan malu-malu. Pertanyaan Raymond membuat Selena mulai waspada.

"Maaf?".

"Aku sering melihatmu diperpustakaan. Dan kadang-kadang di Culture Espresso yang jaraknya beberapa blok dari asrama perempuan".
Raymond tampak mulai mengenali Selena. Sangat menyukai daya ingatnya yang luar biasa.

"Aku bekerja disana".

"Apaaaa???".

Edward dan Raymond saling berpandangan, tidak mempercayai pendengaran mereka sendiri. Kekasih dari Austin Morgan bekerja sebagai pelayan. Ini sungguh diluar dugaan.... bagaimana mungkin Austin bisa mengenal gadis pelayan? Meskipun gadis ini cantik luar biasa tapi dia hanya pelayan. Raymond  yakin, Mr Morgan Senior tidak akan merestui hubungan putra satu-satunya dengan gadis biasa seperti dia. Kecantikannya tidak bisa menutupi kekurangannya dalam status sosial dan kekayaan.

Menjadi kekasih Austin Morgan akan membuatnya dibenci. Karena mereka tidak bisa membully Austin, maka mereka pasti akan mengincar Selena.

"Apa kau ingin minum, Selena?"
Austin menarik Selena supaya lebih mendekat kepadanya.

"Tidak, aku tidak bisa minum". Selena berbisik.

"Tidak?". Austin sedikit menunduk, memperhatikan wajah cantik Selena.

"Tidak".

"Ini untukmu, Se-le-na".
Entah sejak kapan Claudia sudah berada dihadapan kami, membawa  dua gelas minuman  dan memberikan satu pada Selena. Tapi Selena tidak menerimanya.

"Terimakasih. Tapi aku tidak minum". Selena berusaha menolak dengan halus. 

"Kau benar-benar gadis mengecewakan. Segelas saja, hargai aku sebagai tuan rumah. Jangan pernah menolak permintaanku, kau sudah hadir dipesta ulang tahunku, setidaknya kita harus bersulang. Aku yakin, kau belum pernah mencicipi salah satu wine kelas atas. Jadi ini kesempatanmu merasakan Domaine de la Romanee Conti". Cecar Claudia tanpa ampun.

"Hentikan sikapmu yang kekanak-kanakan Clau!  Aku yang akan meminumnya".
Austin berusaha menahan ledakan amarahnya. Tangannya hendak meraih gelas di tangan Claudia, tetapi dengan gesit Claudia langsung menjauhkannya.

"Tidak Austin, ini untuk gadis itu".

Tidak ingin membuat tuan rumahnya semakin menjadi-jadi, Selena langsung mengambil gelas ditangan Claudia dan meneguk habis wine tanpa tersisa. Dia tidak butuh cara elegan seperti di film-film, dia hanya ingin cepat menghabiskan minumannya supaya tuan rumah tidak mengganggunya lagi. Meski akibatnya alkohol akan bereaksi lebih cepat di dalam tubuhnya. 

"Selena, kau tidak apa-apa?". Austin tampak khawatir ketika melihat cara Selena meminum winenya sekaligus.

"Aku baik-baik saja". 
Meskipun Selena tau, dia tidak pernah baik-baik saja. Dia tidak ingin mempermalukan Austin.

~~~~>>

Aland berjalan mendekat kearah Selena, melihat Claudia mendekati Selena membuatnya khawatir. Apalagi memaksa Selena minum membuatnya ingin marah. Sialan, harusnya Austin mencegahnya.

Raymond dan Edward melihat Selena dengan teliti, dari atas hingga bawah secara mendalam. Gadis ini memang luar biasa cantik tapi sayang dia sangat miskin. 

"Bagaimana kuliahmu, Selena?"

"Baik, terimakasih".

"Selena, Apa kau sebelumnya pernah melihat salah satu dari kami berempat?'
Tanya Edward penuh selidik. Edward tidak ingin Austin terjebak dengan gadis mata duitan. Austin sahabatnya, meskipun sahabatnya seorang jenius tapi dia belum pernah berhubungan dengan gadis manapun. Edward takut Austin terjebak dengan kepalsuan Selena.

"Bagaimana mungkin gadis ini tidak mengenal kalian, jangan bercanda". Sindir Claudia.

"Maaf, aku memang tidak pernah melihat mereka sebelumnya".
Selena menjawab jujur. Dia tidak punya kemewahan untuk bersosialisasi di Universitas.  Hidupnya hanya bergerak antara Universitas dan tempat kerja. Sakit kepala mulai menyerangnya, alkohol mulai mempengaruhinya. Oh sadarlah Selena!!!

"Unbelievable. Apa tidak ada yang pernah membicarakan kami di departemenmu? Aku misalnya?."
Raymond terlihat syok, tapi dia dapat melihat kejujuran dimata Selena.

"Apa kau Presiden Amerika? Sehingga aku harus tau segalanya tentangmu? Tapi tidak, aku memang tidak pernah melihatmu. Mungkin kau tidak pernah mengikuti perkuliahan atau kau terlalu malu masuk kuliah karena sering membolos". Selena mulai tidak dapat mengontrol kata-katanya. Bahkan kata-katanya keluar begitu saja tanpa mampir keotaknya lebih dulu. Alkohol sialan ini telah membuatnya tampak bodoh.

"Hahahaha. Satu kosong Raymond". Aland terlihat gembira melihat perdebatan di depan matanya. Benar yang didengarnya dari mahasiswi-mahasiswi di departemen bisnis, bahwa Selena adalah mahasiswi yang sangat cerdas. Andaikan dia tak menyukainya, mungkin dia akan mendukung hubungan antara Austin dan Selena. 

"Austin, kau menemukan lawan yang sepadan". Edward berbisik ditelinga Austin yang sedang menatap Selena penuh arti.


~~~>>

"Kepalaku rasanya berat sekali, Austin".

"Aku akan mengantarmu, berpeganglah padaku, aku akan berpamitan dengan yang lain."  Austin memapah Selena, menahan dengan tubuhnya sendiri supaya tidak jatuh.

"Kau akan pergi, Austin? Bukankah kau baru tiba? Aku akan menyuruh sopir mengantar gadis itu pulang jadi kau bisa tinggal disini bersama yang lain".

Claudia memperlihatkan sikap bermusuhannya kepada Selena yang lebih banyak diam. Bahkan dia tidak berusaha menutupi kebenciannya pada Selena.

"Aku bisa mengantar Selena kembali ke asrama, Austin".
Aland menawarkan diri, dia ingin memperingatkan gadis itu supaya berhati-hati dengan Claudia.

"Tidak perlu Aland, Selena datang bersamaku, aku yang bertanggung jawab mengantarnya pulang".

"Baik. Pergilah kalian! Hati-hati Austin dan kau juga Selena".

Selena hanya mengangguk padanya sebagai tanda terimakasih yang tak terucap. Kepalanya terasa semakin berat, dia akan tidur hingga siang besok. Dan untung saja besok dia libur.


~~~>>>

"Selena".

"Selena".

"Selena".

Gadis ini benar-benar tertidur pulas. Aku tidak mungkin membawanya pulang keasrama dalam keadaan seperti ini. Apalagi  jam sudah menunjukan hampir tengah malam. Segera aku meminta sopir taxi untuk memutar kembali menuju apartemen yang aku beli dari keuntungan investasiku sebelum masuk Universitas.

Apartemen itu memang kecil, tapi sangat bersih. Ini adalah rumahku sejak aku keluar dari rumah keluarga Morgan.

"Selena".

Gadis ini hanya meminum satu gelas wine dan dia menjadi tidak sadarkan diri. Dimasa depan, aku tidak akan mengizinkanmu meminumnya lagi Selena.

Dia benar-benar tidak terjaga sedikitpun. Aku memegang keningnya dan mendapati kalau gadis ini demam. Ya Tuhan, seburuk itukah efek alkohol dalam tubuhnya? Aku segera menggendongnya dan membawanya ke satu-satunya tempat tidur di apartemenku yang kecil. Keringat keluar dari tubuhnya, gaunnya juga basah.

Maafkan aku Selena tapi aku harus melepas gaunmu, kau juga tidak akan nyaman memakai gaun ini untuk tidur.

"Hhhhhh"

"Selena!".

"Ehm...hhh".

"Selena, Kau sudah bangun?"

"Aus...tin? Dimana a...ku?"

"Kau ada di apartemenku, kau demam".

"Ohhh, kepalaku berat sekali. Jam berapa sekarang?"

"Jam 2 pagi".

"Aku harus pulang".

"Besok aku akan mengantarmu, sekarang kau tidurlah. Apa kau ingin makan sesuatu?".

"Ti...dak, aku perlu kekamar mandi".

"Selena"

"Auchh gaun....ku".

"Aku melepasnya. Gaunmu basah penuh keringat".

"Austin?".

"Ehm?".

"Apa kita...?".

"Kita tidak melakukannya jika itu yang ingin kau tanyakan. Aku tidak akan pernah melakukan itu tanpa seizinmu, Selena". Austin menatap gadis cantik didepannya, tubuhnya terbungkus selimut, dia terlihat seperti anak anjing yang rapuh.

"Maafkan aku, apa aku boleh meminjam kemejamu?"

"Akan aku bawakan".

Senin, 18 Desember 2023

Cinta pasti kembali part 2

# Culture Espresso

"Apa anda ingin memesan sekarang, Tuan?" 

Aku melihat beberapa temanku sesama pelayan wanita tampak berdebat untuk melayani seorang pria muda yang baru masuk ke Cafe. Selena tersenyum melihat tingkah teman-temannya yang sedang mencari perhatian ke pelanggan yang baru saja datang itu. Pasti dia sangat tampan, sehingga teman-temanku saling berebut untuk melayaninya.

"Selena biarkan mereka berdebat, kau saja yang layani pelanggan  yang baru datang itu, rekomendasikan menu terbaru di kafe kita".

"Baik, Mr. Billy".

Mr Billy adalah pemilik Cafe tempatku bekerja, usianya telah mencapai 50 tahun. Tapi dia sangat energik dan baik kepada kami semua. Kami bukanlah pelayan baginya tapi sudah seperti keluarga.

Dan disinilah aku, berdiri dengan pakaian pelayan dan menatap sepasang mata cokelat yang aku lihat di universitas beberapa minggu yang lalu. Pria ini memang sangat tampan. Dia pasti beberapa tingkat di atasku. Haruskah aku menyapanya? Ah tidak, kami baru bertemu sekali, itupun tidak sengaja jadi dia tidak mungkin mengenaliku.

"Secangkir kopi hitam, seporsi pasta dengan saus puttanesca  dan semangkuk salad sayuran.  Oh berikan aku segelas air putih dingin !" ucapnya datar. Tapi aku dapat merasakan matanya melihatku penuh penilaian.

"Baik, tunggu sebentar, pesanan akan datang dalam 15 menit". Kataku profesional.

Sejak hari itu aku sering melihatnya berkunjung di Cafe tempat aku bekerja, dia biasa duduk berjam-jam sambil membaca buku. Ah dari buku-buku yang diletakkan di mejanya aku baru tau kalau pemuda ini adalah mahasiswa di departemen kedokteran.

Percakapan kami hanya sebatas menanyakan menu pesanan, selebihnya kami tidak pernah berbicara.

Tapi akhir-akhir ini, dia selalu mengunjungi Cafe 1 jam sebelum tutup atau malah 10 menit sebelum Cafe tutup hanya untuk sekedar membeli segelas kopi untuk dibawa pulang.

"Pulang dengan aman Selena, dan bawalah roti panggang dengan keju kesukaanmu. Aku sengaja menyimpannya untukmu. "

"Anda tidak harus melakukan itu Mr. Billy. Aku sudah bersyukur bisa bekerja disini"

"Hanya ini yang bisa aku lakukan, semoga sukses dengan ujianmu. Mulai besok bawalah bukumu supaya kau bisa belajar disini ketika tidak ada pelanggan"

"Oh terimakasih Mr. Billy. Sampai jumpa besok"

"Sampai besok, Selena".

~~~>>>

"Anda sangat memperhatikan pelayan anda Mr Billy".

"Oh Austin, kau akan pulang? Iya dia adalah karyawan terbaik yang aku miliki, dia sudah seperti putriku".

" Aku bisa melihatnya. Baiklah, saya akan kembali ke Asrama. Sampai jumpa Mr.Billy".

"Bisakah kau mengawasi Selena dalam perjalanan pulang?  Dia gadis yang sangat cantik, aku tidak ingin ada berandalan yang mengganggunya".

"Aku tidak yakin kita searah Mr. Billy".

"Tentu saja kalian searah, kalian satu Universitas. Jangan bilang kau tidak tau, aku memperhatikanmu selama berminggu-minggu, aku tau kau menyukainya. Dia kuliah di departemen Bisnis".

"Baiklah Mr Billy anda menang. Tolong rahasiakan ini, buat ini hanya antara kita"

"Baiklah anak muda". Balas Mr Billy dengan tersenyum lebar.

~~~~>>

Aku melihat Selena berjalan  jauh di depan. Gadis itu sangat sopan padaku bahkan terkesan sangat menjaga jarak.  Dua kali aku melihatnya dikantin. Kali pertama dia tidak mempedulikan aku, lalu kali kedua dia nyaris tersungkur tepat didepanku. Untung saja aku cepat menangkapnya, apabila tidak dia pasti sudah tersungkur dilantai.

Di Cafe tempatnya bekerja, kami nyaris tidak pernah bicara selain dia datang hanya untuk mencatat pesanan dan mengantarkannya.

Hanya sekali aku memergokinya berdiri cukup lama didepanku, aku sangat penasaran dengan sikapnya hari itu, tetapi ternyata mata gadis itu tertuju pada tumpukan buku yang aku bawa. Dia benar-benar tidak peduli dengan kehadiranku.

Aku melihat Selena berhenti berjalan, sepertinya dia berbicara dengan tiga orang asing. Apakah Selena diganggu? Terlalu berbahaya pulang malam untuk gadis cantik seperti dia.

"Gadis cantik, aku akan mengantarmu pulang".
Seorang pria bertato naga dilengannya berusaha memegang bahu Selena.

"Tidak terimakasih". Balas Selena dengan sopan.

"Ayolah. Jangan sok jual mahal". Pria yang memakai gelang perak mulai berbicara kasar.

"Aku tidak sok jual mahal karena aku memang mahal". Ucap Selena dengan menahan amarah.

"Hahahaha dasar gadis sok. Ayo kita tangkap dia". 

"Plakkkk." Selena meninju rahang pria bertato yang berusaha mendekatinya.

"Perempuan sialan, berani sekali memukulku hah?"

"Aku juga akan melakukan ini".

Selena dengan seluruh kekuatannya langsung menendang selangkangan pria yang lebih besar hingga terjengkang menabrak motor besarnya.

Kedua temannya tampak tidak terima dengan perlakuan Selena. Tidak ingin terjadi tindakan yang lebih parah, Austin langsung menarik tangan Selena dan membawanya lari.

Kami bergandengan tangan, lari sejauh mungkin dari ketiga preman tadi. Nafas kami memburu akibat berlarian, keringat membasahi tubuh kami didinginnya udara malam.

"Kau baik-baik saja?"

"Eh Iya, aku baik, apa mereka masih mengejar kita?"

"Tidak, aku tidak melihat mereka sejak belokan ketiga tadi".

"Bagus. Aku lelah sekali". Selena bersandar didinding bangunan sambil berusaha mengatur nafasnya.

"Apa kejadian seperti ini sering terjadi?"

"Kadang-kadang".

"Dan seperti itukah caramu mengusir mereka?"

"Salah satunya".

"Bagus. Lain kali tendang selangkangannya lebih keras, supaya kau punya kesempatan melarikan diri lebih cepat".

"Akan aku lakukan. Oh Tuhan, bagaimana aku bekerja besok ." Kekhawatiran mulai membayangi kepalanya.

"Aku akan menjemputmu, Selena".

"Tidak. Aku akan meminta teman sekamar ku untuk menjemputku". Jawabnya tidak yakin.

"Bukankah kalian besok ujian? Pasti akan mengganggu belajar mereka nantinya?"

"Bagaimana kamu tau?."

"Aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Mr Billy".

"Oh"

"Besok aku akan menjemputmu".

"Tapi....."

"Tidak ada tapi, Selena." 

Selena tampak berpikir keras mendengar pernyataan pria tampan didepannya, pria itu sepertinya tidak akan mau mendengar jawaban tidak.

" Ya?." Austin menyadari ada yang mengganjal dipikiran gadis cantik yang sedang berdiri didepannya dengan wajah penuh keringat.

"Aku tidak tau namamu".

"Kau tidak tau namaku? Benarkah?"

"Haruskah aku tau?". Selena sedikit bingung dengan sikap pria tampan didepannya. Pria ini pasti begitu populer , sehingga ketidak tauan Selena akan dirinya sedikit mencederai harga dirinya.  Tentu saja dia pernah dua kali bertemu pria tampan itu di Universitas dan beberapa kali bertemu di Cafe, tapi dirinya tidak punya waktu untuk bersosialisasi. Dan teman-teman satu departemennya menjaga jarak dengannya. Laura adalah pengecualian, tapi hampir tidak ada satupun mata kuliah yang Laura ambil satu kelas dengannya.

"Tidak. Namaku Austin. Austin Morgan".

"Baiklah Mr.Morgan terimakasih atas bantuannya hari ini."

"Cukup Austin, Selena".

"Baik. Terimakasih Austin".

"Ayo.....aku akan mengantarmu kembali ke asrama".

~~~~>>>

Sejak malam itu hubungan antara aku dan Selena menjadi dekat. Aku selalu menjemputnya sepulang dia bekerja, dan kita akan makan malam bersama di cafe-cafe kecil yang menjual makanan murah. Selena tidak pernah mengizinkan aku membayar makanannya. Tidak mungkin beradu argumen tentang siapa yang membayar di depan kasir, karena itu kami melakukanya dengan bergantian.

Aku sangat menikmati duduk berjam-jam bersama Selena, kami banyak tertawa, meledek dan bercerita apa saja kecuali keluarga. Aku tidak pernah memberi tau ketiga sahabatku tentang Selena. Ini adalah antara kami berdua. Aku tidak mau kehidupan  Selena di Universitas terganggu karena hubungannya denganku. Lebih tepatnya aku hanya ingin memiliki Selena untukku saja.

Ketika kami bertemu di Universitas, kami akan selalu melempar pandang dan senyum rahasia. Aku selalu melihatnya bersama dua sahabatnya yang aku ketahui bernama Laura dan Natalie.

Beberapa kali pandangan mata kami bertemu tapi dia akan menunduk malu.  Sikapnya sangat jauh berbeda ketika dia bertengkar dengan berandalan malam itu. Mengingat kejadian malam itu membuatku tersenyum sendiri,  itu adalah malam aku berkenalan dengannya.

"Austin, Claudia ulang tahun. Dia mengundang kita ke pestanya nanti malam. Dia ingin kau datang". Raymond berdiri menunggu jawabanku.

"Aku tidak bisa datang". Balas Austin cepat.

"Aku tau kau sibuk. Tapi Claudia sangat menyukaimu. Hargai dia sedikit, jika kau tidak menyukai acaranya, kau bisa meninggalkan pesta secepatnya". Raymond mulai memaksa.

"Aku menyukai gadis lain. " Austin akhirnya memberikan pengakuan pada ketiga sahabatnya.

"Siapa?." Tanyanya cepat.  Aland tidak mempercayai pendengarannya sendiri.

"Pria jenius berhati dingin ini menyukai seorang gadis?." Raymond juga tidak mempercayainya.

"Apa kami mengenalnya?." Tanya Edward akhirnya.

"Apa dia pintar?." Raymond berusaha mencari kebohongan dimata temannya.

"Apa dia cantik?." Lanjut Raymond.

"Bawalah dia kepesta, apabila Claudia melihatmu bersama gadis lain, mungkin dia akan menyerah". Aland memberi saran.

"Aku akan bertanya padanya". Jawab Austin akhirnya.


# CAFE VILLAS


"Maaf membuatmu menunggu". 

Selena hari ini tampil cantik dengan kemeja biru dan celana jeansnya yang tidak pernah ketinggalan. 
Dia sering sekali memakai pakaian yang sama, sepertinya dia memang tidak memiliki banyak pakaian. Austin tidak tahu menahu tentang keluarga Selena, tapi satu yang diyakininya sejak pertama kali melihatnya, Selena tidak berasal dari keluarga sepertinya. 

Austin bertanya kepada orang dalam di biro kemahasiswaan, yang membuat wanita itu  hampir mati penasaran karena Austin terang-terangan ingin mengetahui identitas seorang gadis.

Selena Marie Liu, mahasiswi departemen bisnis, beasiswa penuh, satu-satunya mahasiswi cantik dengan otak cemerlang di departemen bisnis, tetapi berasal dari ekonomi kelas bawah. Tapi yang membuat Austin penasaran bukan keadaan ekonominya,  tapi ada nama Liu dibelakangnya. Sedangkan Selena sepertinya tidak memiliki darah Tionghoa sama sekali. Bertanya padanya tidak mungkin, pasti dia akan marah karena Austin berusaha mencari tau data pribadinya.

Dilihatnya sekali lagi gadis cantik yang duduk didepannya dengan penuh perhatian.

"Tidak apa-apa. Apa kau punya rencana malam ini?"

"Tidak ada"

"Apa kau keberatan kalau aku mengajakmu ke pesta temanku?"

"Aku tidak punya baju Austin, aku juga tidak pernah ke pesta". jawabnya jujur.

"Aku akan mengurusnya untukmu". 

"Tidak Austin".

Sebelum pembicaraan menuju ke perdebatan, Austin menarik Selena ke *sebuah butik diseberang cafe.

"Aku ingin kekasihku tampil cantik, tolong bantu dia!". Austin memberi perintah

"Kekasih?". Aku mengulang kata itu dengan pelan.

"Iya, Kau adalah kekasihku sejak aku membawamu kabur dari berandalan itu!". Austin menatap Selena yang masih tertegun mendengar pembicaraanku dengan pelayan butik. Memikirkan Selena menjadi kekasihnya membuat Austin luar biasa senang.

"Pilih gaun dan sepatu yang kau sukai, Selena! kita berangkat 30 menit lagi".

Ketika Selena selesai dan keluar dari fitting room bersamaan juga dengan Austin keluar dari ruang ganti. Austin sangat tampan. Dengan tinggi 185cm , dada yang lebar dan tubuh yang mempesona, dia benar-benar seperti Michelangelo yang hidup. Tuxedo yang dipakainya membuatnya lebih mirip eksekutif perusahaan.

Aku tidak ingin seluruh Universitas tau bahwa sekarang pria tampan dan jenius yang begitu populer ini baru saja mengaku sebagai kekasihku. Seorang gadis miskin dari departemen bisnis. Aku ingin masa kuliahku damai hingga aku lulus nanti. Aku tidak ingin mendapatkan permusuhan dari mahasiswi lain yang mengejarnya.



Jumat, 15 Desember 2023

Cinta itu pasti kembali part 1


10 tahun yang lalu.......

#Universitas

Momma apa kau merindukanku?
Aku sangat merindukanmu........
Aku berhasil momma....
Akhirnya aku bisa kuliah disini seperti kau dulu.
Aku berjanji, aku akan belajar dengan giat, aku ingin kau bangga memiliki anak sepertiku Momma. Aku mencintaimu, beristirahatlah dengan damai, selalu perhatikan aku dari surga....

Tuhan tolonglah supaya aku memiliki kehidupan yang baik disini dan bertemu dengan orang-orang yang baik. Aku harus berhasil, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Ini adalah kesempatanku untuk memperbaiki hidup.


"Hai"  

Seorang gadis cantik menyapaku dengan antusias. Ini pertama kalinya ada seseorang menyapaku sejak kegiatan penerimaan mahasiswa baru selesai. Dari penampilannya  dia seperti mahasiswi yang cukup berada tidak sepertiku.

"Oh...Hai". Kataku gugup.

"Kenalkan, aku Natalie. Dan kau?" Sapanya riang.

"Selena".

"Boleh aku duduk disebelahmu?"

"Ehm...oh iya".

"Apa yang sedang kau lakukan?"

 Aku memperlihatkan buku filsafat yang sedang aku baca.

"Kau dari departemen apa?"

"Bisnis"

"Tapi kau membaca buku filsafat? Oh, Aku dari departemen Design". Natalie memperkenalkan diri.

"Ini The Wealth of Nations. Ini buku yang sangat bagus, kau harus membacanya". Balasku ringan.

"Tidak terimakasih. Aku pasti akan segera tertidur ketika baru membaca daftar isinya. Kau saja yang baca dan beritahu aku intinya".

"Terserah padamu". Aku tersenyum mendengar jawaban malasnya.


~~~>>>

"Haiiii.....".


Sebuah sapaan yang cukup keras mengejutkan kami berdua. Seorang gadis berambut pirang dengan mata biru yang cantik menyapa kami yang sedang asyik ngobrol.

"Hai" balas kami bersamaan.

"Aku Laura dari departemen bisnis". Gadis itu mengulurkan kedua tangannya.

"Aku Natalie dari departemen Design dan dia Selena dari departemen Bisnis". Natalie memperkenalkan dirinya dan aku.

"Wah akhirnya aku punya teman di kelas bisnis. Sekarang kalian berdua adalah teman-temanku, aku akan mengikat kalian selamanya". Laura tertawa gembira, kedua lengannya merangkul leher kami berdua secara bersamaan.

Perlakuan seperti ini cukup mengejutkan bagiku, karena sejak dulu aku tidak memiliki teman. Jadi aku tidak pintar bereaksi terhadap sikap ramah orang lain. Aku lihat Natalie sangat biasa melihat cara Laura memperlakukannya, membuat aku sedikit iri melihatnya.

Sejak saat itu kami selalu bertiga, bahkan kita satu asrama, menjadikan hubungan kami lebih dekat. Aku hanya meninggalkan mereka ketika harus pergi bekerja part time.

Kegiatanku sehari-hari hanya seputar Universitas, asrama dan tempat kerja. Jika sebelum masuk Universitas aku harus bekerja di tiga hingga lima tempat secara bergantian, kini aku hanya bekerja disatu tempat saja, Kafe milik Mr Billy. Mr Billy memaksaku melepaskan pekerjaan yang lain karena khawatir dengan kesehatanku, apalagi tempatku bekerja sebelumnya cukup jauh dari Universitas. Meskipun kadang-kadang aku harus mengambil pekerjaan sampingan lain dengan memberi les anak-anak yang bersiap mengikuti ujian.

Diantara kami bertiga, Laura adalah yang paling kaya dan sering membawakan makanan untuk kami semua ketika diasrama. Dan itu membuat aku merasa tak enak hati, apalagi dia selalu menolak ketika aku berusaha membayar untuk makanan yang aku makan.

Tapi meskipun begitu, aku lebih dekat dengan Natalie, aku tidak tau mengapa, sepertinya aku punya kesan yang mendalam padanya. Dan hubungan kami bahkan lebih dekat, melebihi saudara kandung. Aku menceritakan semuanya kecuali untuk hal-hal yang sangat pribadi aku tetap merahasiakannya.


#ASRAMA LAKI-LAKI

"Austin!"

"Ehm"

"Austin? "

"Yaa? "

"Lihatlah wajahku ketika berbicara, jangan selalu asyik dengan duniamu. Setidaknya anggaplah wajahku ini sebuah buku yang membuatmu tertarik".

"Kau ingin aku membayangkan wajahmu sebagai buku apa? "
Sobotta Atlas of Human Anatomy? Atau pulmonologi dan penyakit kritis? " Jawab Austin tanpa memperhatikan temannya yang sedang kesal.

"Apapun asal perhatikan wajah tampanku ini?." Sahut Raymond yang mulai hilang kesabaran.

Austin mengangkat wajah tampannya dari buku yang sedang asyik dibacanya. Dilihatnya Raymond dengan senyum malas, senyum yang telah menghinoptis banyak mahasiswi di Universitas.

"Sudah lama kita tidak makan bersama. Kau selalu sibuk dengan buku-bukumu seakan mereka lebih berharga dari kami. Benar kan Edward?".

Edward hanya mengangkat bahu, bersikap acuh seperti biasanya. Edward dan Austin memilik sifat yang nyaris sama, sama-sama dingin seperti kutub selatan. Hanya penguin dan Snow Petrel yang sanggup hidup disana, bisa jadi mereka masih satu spesies di kehidupan sebelumnya. Katanya dalam hati.

Austin, Edward, Raymond dan Aland bersahabat sejak kecil. Sejak preschool hingga sekarang mereka memilih masuk Universitas yang sama. Meski memiliki orang tua yang luar biasa kaya, mereka memilih tinggal di asrama. Yah setidaknya asrama lebih menyenangkan dari pada tinggal dirumah.

Aku dan Edward mengambil jurusan kedokteran sedangkan Raymond dan Aland lebih memilih jurusan komputer.

"Aku ada laporan". Jawabku kemudian.

"Selesaikan nanti, kita makan siang bersama, otak jenius sepertimu andaikan ketinggalan satu semester pun, kau akan bisa lari mengejarnya dan bahkan lebih cepat mencapai garis finish". Bujuk Raymond dengan sedikit memaksa.

Aland yang baru saja masuk kekamar langsung menarik Austin dari kursinya, Raymond yang mendapatkan signal bantuan langsung mendorong Austin keluar kamar yang diikuti Edward dibelakangnya.

"Disini banyak gadis-gadis cantik". Aku Raymond pada akhirnya.

"Aku kira kita disini untuk makan". Kataku kesal.

"Keduanya". Sahut Aland dengan sedikit misterius.

"Lalu mengapa harus mengajakku?"

"Kau adalah magnetnya Austin. Hampir semua mahasiswi disini adalah penggemarmu. Berjalan bersamamu akan membuat mata gadis-gadis tertuju pada kita. Dan tolong jangan katakan kau tidak menyadarinya?". Jawab Raymond dengan sikap manis yang dibuat-buat.

"Aku tidak peduli. Dan jangan menggumpankan aku. Kau punya Aland untuk melakukannya".

"Jika kau belum mengerti, aku akan memberi tahu-mu bahwa kau dan Aland sama brengseknya ". Balas Raymond ketus.

Aku memilih mengabaikan komentarnya, bagaimanapun apa yang dikatakannya memang sedikit ehm... HANYA SEDIKIT masuk akal.

Aku melanjutkan langkahku menuju kantin Universitas ketika mataku secara tidak sengaja melihat seorang gadis yang sedang menuju kantin bersama kedua temannya. Melihat penampilannya yang sangat sederhana dan polos, sepertinya mereka masih mahasiswi tingkat pertama.

Rambut gadis itu berwarna brown, dengan kulit seputih porselen, sial dia juga memiliki senyuman yang sangat cantik. Kaos putih dan celana jeans yang dipakainya seakan memperlihatkan kaki jenjangnya. Dan sekarang gadis itu sedang tertawa lepas bersama kedua temannya, yang sepertinya sedang menertawakan lelucon salah satu dari mereka.

"Apa ada yang menarik minatmu, Mr Austin Morgan?"
Goda Raymond yang melihatku tersenyum pada tingkah gadis berkaos putih tadi.

"Tidak ada". Sahutku kasar.


# KANTIN UNIVERSITAS

Sampai dikantin, seperti yang sudah diduga Raymond, kehebohan terjadi. Kantin yang semula sepi berangsur-angsur menjadi ramai. Mengapa tiba-tiba banyak pengunjung berdatangan? Padahal jam makan siang sudah berlalu. Apa para mahasiswa ini tidak ada kuliah?

"Apa ada yang salah?"

"Tidak ada, hanya saja tidak biasanya terjadi , Austin Morgan mahasiswa tampan dan jenius dari departemen kedokteran yang dingin seperti kutub Selatan menginjakkan kaki dikantin".
Aland tertawa gembira mendengar seloroh Raymond yang menghibur.

"Hai Austin, kau akan makan siang?"
Claudia teman kami sejak Senior High School berjalan mendekat bersama tiga gadis lainnya. Sebenarnya dia bukan sembarang gadis, dia lebih seperti lalat pengganggu. Gadis itu selalu mengikuti kemanapun aku pergi dan itu membuat ketiga teman-temanku jengkel.

"Iya".

"Ayo kita duduk dimeja bersama, temanku sudah membooking meja di dekat jendela. Atau kau mau aku mencarikan tempat duduk untuk kalian?"

"Tidak perlu Clau, kita akan duduk dimeja bersama kalian, tempat ini hampir penuh. 
Jawab Aland sambil membawaku mengantre bersamanya dan yang lain.

"Baiklah, aku akan menunggu disana". Jawabnya sambil menunjuk meja tempatnya duduk bersama teman-temannya.

~~~~~>>>>

"Selena, Natalie ayuk kita makan, aku kelaparan, kita berjalan terlalu lambat. Lihatlah, kantin mulai penuh sesak. Kita akan kehabisan makanan ketika sampai diujung" .

"Kau benar Laura, hari ini aneh sekali, tidak biasanya kantin ini penuh." Natalie terlihat terkejut.

"Aku akan mencari tempat duduk untuk kita. Kalian berdua mengantrelah dulu. Kita harus gantian".

"Baiklah-".

Kami berdua menuju antrean yang cukup panjang dengan Natalie memelukku dari belakang.

"Oh my God, bukankah itu? Ya Tuhan...". Suara Natalie tergagap.

"Kau melihat hantu? ". Tanyaku asal sambil sesekali memperhatikan antrian didepan kami yang berjalan sangat lambat.

"Dia bukan hantu, tapi lebih seperti......Malaikat". Natalie mencubit pinggangku karena pertanyaan asal yang aku lontarkan.

"Jika kau belum tau, Lucifer juga seorang malaikat sebelum menjadi iblis".

"Dasar bocah sialan. Tinggalkan bukumu sejenak dan lihatlah sendiri?!" Ujar Natalie galak.

"Sudahlah Natalie, tidak ada yang menarik bagiku saat ini kecuali makanan." Aku melihatnya dengan senyum malas.

"Tapi dia lebih lezat dari makanan. Apa kau tau, dia sangat tampan dan jenius. Oh satu lagi, sikapnya yang seperti kutub selatan benar-benar membuatnya semakin diluar jangkauan." Mendengar kekaguman Natalie pada seorang pria membuatku tertawa geli.

"Ehm biarkanlah pria tampan, dingin dan jenius itu makan. Selama dia masih makhluk hidup, aku sangat yakin dia butuh makan untuk tetap bertumbuh dan hidup." Kataku sambil membolak balik halaman buku yang aku baca.

~~~~>>

Gadis yang aku lihat tadi, sedang ikut mengantre bersama temannya. Tapi gadis itu tetap sibuk dengan aktivitasnya membaca buku disaat semua gadis dikantin ini diam-diam mengambil fotoku secara diam-diam maupun terang-terangan. Dia bahkan tidak peduli dengan keadaan di sekelilingnya. Aku memperhatikannya dengan seksama, yah tidak bisa dipungkiri, gadis ini luar biasa cantik.

Aku tersenyum tertahan mendengar perkataannya. Biarkan pria tampan, dingin dan jenius yang kau katakan itu makan. Dan Lucifer? Aku? Ini pertama kalinya ada seorang wanita secara tidak langsung menyebut aku Lucifer.

"Kau memang sangat cerdas ". Pikirku dalam hati.
Diam-diam aku memperhatikannya lagi dengan penuh penilaian, tingginya sekitar 170cm, selain cantik dia juga bermulut tajam. Saat inipun dia tetap asyik dengan bukunya dengan sesekali membalas perkataan temannya. Benar-benar tidak mau tau kehebohan disekitarnya.

~~~~>>>

"Austin, kemarilah!".
Claudia menepuk kursi disebelahnya. Tapi Austin memilih duduk di satu-satunya kursi kosong di dekat Edward.

Aland sedang asyik mengaduk-aduk makanannya, sementara Raymond sedang asyik melihat gadis-gadis yang mengambil foto kearah meja kami.

"Bagaimana kuliahmu, Austin?" Tanya Claudia basa basi.

"Baik".

"Claudia, aku tidak tau kalau kau mengenal Austin". Gadis disebelah Clau dengan terang-terangan menatapku penuh kekaguman.

"Apakah Austin, laki-laki yang kau ceritakan pada kami, pria yang kau sukai sejak senior high school" . Teman Claudia yang duduk tepat di depanku membuat aku tidak nyaman.

Aku dapat merasakan meja kami bergetar, sepertinya ada eksekusi dibawah meja antara Claudia dan temannya.

"Tenang saja Clau, Austin tidak punya kekasih, jika kau mau bersaing, kau hanya perlu bersaing dengan buku-bukunya." Aland tertawa sinis, muak dengan sikap Claudia yang tiba-tiba menjadi pemalu.

"Buku adalah saingan terberatmu dari  seluruh gadis se-universitas". Raymond menimpali.

Claudia tersenyum padaku. Aku hanya menatapnya sekilas dan melanjutkan makanku sambil sesekali mencuri pandang pada gadis cantik dengan rambut cokelat tadi.

Gadis itu  duduk tepat disebelah mejaku. Jarak kami hanya sekitar 1 meter, cukup dekat. Tetapi gadis itu sepertinya tidak tau aku memperhatikannya sejak tadi.

~~~~>>>>

"Selena, aku akan menjemputmu".

"Tidak usah, aku akan pulang larut".

"Kau bekerja lembur lagi?"

"Ehm".

"Apa akhir pekan nanti kau akan bekerja? Kalau tidak ayo kita ke bioskop bersama?"

"Aku tidak janji. Mr Billy akan kerepotan kalau aku tidak masuk kerja".

"Kau nyaris tidak punya waktu untuk bersenang-senang."

"Aku tidak punya pilihan, Natalie".

"Baiklah, aku mengerti".

"Selena?" Teriak Laura dari seberang meja.

"Ehm?"

"Selena?"

"Oh diamlah saat kau makan Laura. Lanjutkan makanmu, aku harus cepat. Tolong bawakan bukuku keasrama".

"Shittt. Selena, perhatikan siapa yang duduk di kursi sebelahmu! " Perintah Laura dengan suara yang sama sekali tidak bisa dibilang pelan.

~~~~>>>

Saat itulah aku bertatap muka dengannya. Dia memandangku tanpa ekspresi bahkan terkesan tidak peduli. Tidak ada pandangan memuja seperti gadis lain, tatapannya lebih seperti kebingungan.

Namanya Selena, entah mengapa nama itu sangat sesuai dengannya. Sial. Gadis ini benar-benar tidak terpengaruh.

"Aku akan kembali ke asrama".

"Austin, aku akan kembali bersamamu".

"Aku akan menemui Prof.Wiles sebelum ke asrama. Kalian tidak usah buru-buru, lanjutan saja makannya. Aku akan pulang terlambat".

====>>

Aku berjalan beberapa langkah di belakang Selena yang sedang berjalan terburu-buru. Ah dia hampir saja terjatuh karena lubang didepannya.

Bekerja dimana gadis itu? Dari departemen apa?



About


Hi semua.....

Ini adalah blog yang saya khususkan untuk menulis novel dan pandangan saya akan sesuatu hal seperti Keuangan, Pernikahan, Investasi, Kehidupan berkeluarga ataupun hal lain yang saya jalani. Saya bukan penulis profesional, saya melakukan ini hanya sekedar untuk mengisi waktu luang saya.*


Saya sangat suka membaca, tetapi saya bukan penulis yang baik. Jadi apabila ada tulisan saya yang perlu koreksi atau saran, silakan memberi pendapat atapun kritik. Saya akan menerimanya dengan pikiran terbuka. 

Di halaman awal ini saya ingin meminta, apapun kritik dan saran yang diberikan tidak ada perkataan yang merendahkan. Mari tetap memanusiakan manusia. Terimakasih







Rabu, 13 Desember 2023

Cinta itu pasti kembali

Selena......

    Setelah 10 tahun berlalu, akhirnya aku melihatnya lagi. Sekarang dia telah menjelma menjadi wanita dewasa yang sangat cantik. Dia bahkan lebih cantik setelah 10 tahun berlalu dan penampilannya juga telah berubah. Jika dulu dirinya selalu memakai kaos dan celana jeans yang sudah usang karena terlalu sering di cuci, kini penampilannya berbalik 180'. 

    Gaun berwarna hitam membungkus tubuhnya dengan sempurna, potongan gaun itu seakan memamerkan tulang selangkanya yang indah. Sial, bahkan darahnya ikut berdesir memikirkan ada kulit seputih porselin dibaliknya. 

Tapi.....untuk apa dia kembali? Apakah dia mendengar berita pertunangan ku dengan Claudia? Tidak mungkin.

    Selena melangkah dengan anggun, tidak memperhatikan kekaguman orang-orang yang berdiri disekelilingnya. Matanya hanya tertuju pada satu sosok pria yang sedang duduk di kursi roda. 

Bibir merah merona itu mulai menyunggingkan senyumnya yang cerah. Begitu juga matanya yang memancarkan kerinduan dan cinta. 

    Selena mulai berjalan cepat, kini dia merentangkan kedua tangannya, memeluk pria tua itu dengan penuh kasih, yang dibalas pria tua itu dengan pelukan dengan sedikit menepuk-nepuk punggungnya, bahkan sesekali dirinya membelai kepala Selena seakan dia seorang anak kecil.

Wanita itu  mulai mendorong kursi roda pria tua itu untuk memasuki auditorium Universitas.

    Dia bahkan tidak mempedulikan orang-orang yang mulai berbisik-bisik dibelakangnya, seakan-akan mereka tidak ada. Matanya hanya fokus pada pria itu dan seorang wanita yang berdiri didekat Prof Han. Iya pria itu adalah Prof Han, salah satu prof paling diidolakan oleh para mahasiswa. Apa hubungan Selena dengan Prof Han?

Apa tujuan mu kembali, Selena? Apa yang kau inginkan? Balas dendam?














Cinta Itu Pasti Kembali Part 9

# Engagement Party "Gaunmu sangat cantik, Clau". "Terimakasih. Natalie yang merancangnya". "Kau meminta sahabat ...